Mohon tunggu...
Mawarningrum
Mawarningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Tenaga Pendidik dalam Menumbuhkan Kesadaran Kritis di Masa New Normal

4 Juli 2021   20:05 Diperbarui: 4 Juli 2021   20:16 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan saat ini mengalami dinamika perubahan, baik itu tingkat sekolah dasar, menengah hingga perguruan tinggi. Indonesia sudah memasuki satu tahun lebih mengalami fenomena virus yang menular hingga ke penjuru negeri. Tidak hanya negara ini tetapi seluruh dunia terkena dampaknya. Dampak dari adanya pandemi Covid-19 di Indonesia membawa perubahan pada dunia pendidikan formal atau pendidikan berjenjang yang dikelola oleh pemerintah pusat. Tenaga pendidik harus menyesuaikan dalam menumbuhkan kesadaran kritis menggunakan kurikulum yang sudah disederhanakan. Kurikulum darurat merupakan penyederhanaan kurikulum yang dilakukan agar sesuai dengan pendidikan di masa new normal.  

Pembelajaran berubah menjadi daring dengan bantuan teknologi. Pembelajaran yang semula tatap muka atau datang ke sekolah ataupun universitas secara langsung kini mengalami peralihan menjadi pembelajaran online di masa new normal. Terlebih lagi saat ini masa kehidupan kenormalan baru atau new normal sudah mulai pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Sebelumnya pemerintah sudah menerapkan berbagai strategi untuk pembatasan aktivitas sosial seperti PSBB (pembatasan sosial berskala besar) yang dilakukan pada bulan Mei 2020. Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19 dan memutus rantai penyebaran. Protokol kesehatan tentunya harus tetap dilakukan oleh seluruh masyarakat, menjaga jarak merupakan hal yang utama harus diterapkan karena virus ini menular dari manusia satu ke manusia yang lain. Maka dari itu demi kelangsungan pendidikan agar tetap berjalan di lakukan dengan metode pembelajaran jarak jauh.

Pembelajaran jarak jauh di terapkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan karena dianggap relevan dilakukan karena di bantu dengan kemudahan teknologi. Pendidikan sebagai proses mengasah potensi dan  kemampuan seseorang yang nantinya akan membawa perubahan pada diri sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Berbagai upaya yang di lakukan agar pembelajaran tetap berjalan seperti menyiapkan materi melalui teknologi agar siswa mudah mengakses dan menyiapkan ruangan pembelajaran daring. Terlebih lagi guru sebagai agen di sekolah yang menerapkan pendidikan kritis agar ke depannya siswa mampu mengatasi persoalan.

Dalam masa pandemi, pembelajaran jarak jauh atau daring tentunya menjadi tantangan guru dalam mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Menurut Mayskur (2019: 15) Perubahan karena Pandemi tidak hanya terjadi pada metode pembelajaran tetapi juga kurikulum. Kurikulum sebagai perencanaan pendidikan berupaya mempengaruhi siswa bukan hanya pada lingkup sekolah tetapi di keluarga maupun masyarakat yang direncanakan, diarahkan, dikelola oleh guru dan sekolah.

Tenaga pendidik dan peserta didik mau tidak mau mengikuti perubahan yang merubah sistem di sekolah. Penyederhanaan ini berupa pengurangan kompetensi dasar agar jika ke depannya tidak terburu-buru memenuhi target kompetensi dasar (KD). Apakah kurikulum darurat dapat menerapkan pendidikan kritis di masa pandemi atau tidak? Ini menjadi persoalan terlebih lagi ini menjadi hal yang baru bagi tenaga pendidik. Didukung dengan adanya teknologi, pendidikan masih tetap berjalan untuk mentranfer ilmu pengetahuan maupun pemahaman.

Kesulitan tentunya ada dalam penerapannya seperti harus belajar menggunakan teknologi untuk transfer file maupun video call saat pembelajaran berlangsung ataupun menyesuaikan pembelajaran dengan kompetensi dasar. Kurikulum darurat diterapkan untuk menunjang pendidikan masyarakat tetap berjalan di tengah Pandemi. Menurut Masykur (2019: 14) Kurikulum itu harus menggambarkan semua pengalaman siswa yang sedang dan akan dilakukan dikemudian hari, sehingga setiap siswa mempunyai bekal sebagai hasil pengalaman belajar yang dibutuhkan ketika mereka sudah lulus dan hidup ditengah-tengah masyarakat. Guru sebagai aktor penting dalam menyalurkan  informasi dalam membangun kesadaran kritis siswa.

Kurikulum memiliki peran di dalam pedagogi kritis. Sekolah sebagai tempat menanamkan pendidikan kritis melalui pengajaran dari guru ke siswa dalam ranah pendidikan. Melalui perspektif Henry A. Giroux seorang sosiolog pendidikan di Amerika Serikat, pedagogi kritis muncul dalam pendidikan menjadikan sekolah yang demokratis (Hidayat: 2011, 183). Pedagogi kritis menghubungkan tujuan politik apakah suatu pendidikan di sekolah dapat mengalami perubahan dunia karena pemikiran kritis siswa supaya politik dan ekonomi menuju ke arah yang demokratis.

Pedagogi kritis mengajarkan tentang kemampuan individu untuk beradaptasi sekaligus berinteraksi dengan struktur sosial yang selalu berubah (Imran, 2020: 252). Interaksi sosial antara guru dan siswa mengajarkan betapa berpengaruhnya terhada perubahan sistem pendidikan. Menurut Imran (2020: 253) perspektif pedagogi kritis sudah banyak digunakan untuk merespon perubahan dalam sistem pendidikan dalam bentuk berbagai kajian. Guru bukanlah boneka penguasa dominan yang hanya melakukan hal yang disuruh. Tetapi dalam pendidikan, guru maupun siswa dianggap sebagai agen perubahan yang akan membawa kualitas pendidikan menjadi lebih baik. Peserta didik tidak hanya menerima ilmu mentah-mentah dari guru melainkan informasi tersebut dikembangkan. Maka dari itu tenaga pendidik juga harus bekerja sama sehingga terdapat komunikasi dua arah.

Pada masa new normal kesulitan yang dialami tenaga pendidik menyebabkan dirinya harus mengeksplor lebih banyak pemahaman karena guru itu melahirkan peserta didik yang kritis dan peka terhadap lingkungannya. Praktik pendidikan itu harus melibatkan guru dan murid terhadap pemahaman yang kritik agar terbiasa berpikir kritis. Kurikulum tidak hanya berfokus pada perkembangan akademik melainkan juga menstransformasikan kesadaran kritis. Kurikulum yang sudah disederhanakan pada masa new normal disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Dalam pedagogi kritis, guru harus memproduksi dan mengajarkan pengetahuan-pengetahuannya yang mereka miliki untuk diajarkan kepada siswanya. Pemahaman ini menuntut guru dan siswa bersama-sama mempersoalkan pendidikan yang bebas berpendapat agar menjadi manusia yang merdeka. Guru bukanlah satu-satunya puasat pengetahuan. Guru dan siswa memiliki sifat yang horizontal dan sama-sama belajar. Pada masa new normal, guru sebagai fasilitator akan terus mengasah kemampuan dan berdiskui dengan siswa walaupun dalam perbedaan ruang.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa berbagai perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan membuat tenaga pendidik mulai menyesuaikan pemebelajaran dengan kurikulum yang sudah disederhanakan seperti penyederhanaan kompetensi dasar. Pendidikan tidak hanya berfokus pada pengembangan akademik melainkan melahirkan perubahan pada peserta didik melalui kesadaran kritis oleh guru dan siswa. Sekolah bukanlah sebatas memberi pengarahan tetapi juga mengajarkan nilai-nilai berdasarkan pengalaman hidup peserta didik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun