Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengunjungi Museum Kanker, Ngeri tapi Bermanfaat!

25 Juli 2016   14:20 Diperbarui: 13 Agustus 2016   10:42 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Data real time, wanita di dunia yang mati karena kanker serviks setiap tahun (dok.pri)

Entah mengapa Kamis (14/07/2016) siang itu, saya menjadi cuek saja dengan hiruk-pikuknya sentra tanaman hias Kayun. Yang membuat penasaran saya justru keberadaan Museum Kanker Indonesia yang ada di jalan itu. Dengan ramahnya Pak Maksum menyambut kedatangan saya. Ia dan seorang petugas lainnya meminta saya mengisi buku tamu yang tergeletak di atas meja. Tak terlihat pengunjung lain dalam museum itu selain saya.Pria paruh baya yang sudah 24 tahun menjaga Museum Kanker Indonesia itu sempat memperlihatkan kepada saya data online jumlah wanita di dunia yang meninggal karena serangan kanker serviks (Cervical Carcinoma) pada setiap tahunnya. Saya sangat terkejut karena jumlahnya begitu banyak, dan selalu bertambah dari waktu ke waktu.

Kita tahu bahwa penyakit kanker serviks atau disebut pula kanker leher rahim itu sangat berbahaya dan begitu mematikan. Kanker serviks sangat menghantui kaum wanita yang terindikasi mengidap bibit penyakit ini.“Angka itu setiap saat berubah dan selalu update yang menunjukkan jumlah real wanita yang mati karena kanker serviks” terang Maksum sambil menunjuk ke arah papan online yang menempel di dinding bagian atas Museum Kanker Indonesia. Pria berjanggut kelahiran 54 tahun silam itu juga mempersilahkan saya melihat-lihat awetan jaringan kanker yang ditempatkan dalam toples.

Agar tahan lama dan bisa dilihat pengunjung, jaringan kanker ini direndam dalam formalin” lanjut Maksum sambil memperlihatkan satu persatu contoh awetan kanker yang dipajang dalam ruangan museum.Penyakit kanker menjadi momok bagi umat manusia. Siapa saja yang mendengarnya pasti merasa ngeri. Namun ngeri bukan berarti harus ditakuti. Kadang malah bikin penasaran sebagian orang tak terkecuali saya. Di Museum Kanker Indonesia itulah pengunjung akan mendapatkan informasi berharga tentang beragam jenis kanker.

Pengunjung bisa berkonsultasi langsung dengan Pak Maksum atau petugas (dokter) jaga lainnya tentang penyakit kanker yang mungkin saja sedang dideritanya karena museum ini juga berfungsi sebagai tempat berkonsultasi (praktek) yang sebelumnya bernama Yayasan Kanker Wisnuwardhana.

Asal tahu saja, Museum Kanker Indonesia yang berlokasi di Jalan Kayun 16 – 18 Surabaya itu merupakan museum kanker pertama di Indonesia. Jumlah koleksi awetan jaringan kanker yang dipajang cukup banyak, sebagian besar merupakan koleksi pribadi milik Dr. Etty Ananto yang tak lain sebagai istri perintis museum itu, yakni Dr. Ananto Sidohutomo.Yayasan Kanker Wisnuwardhana yang menjadi cikal-bakal berdirinya Museum Kanker Indonesia diresmikan penggunaannya oleh Bapak M. Noer selaku gubernur Jawa Timur pada 30 Mei 1974. Hingga kini usia museum itu sudah mencapai 42 tahun.

Sebenarnya bila mengamati satu persatu contoh-contoh awetan jaringan kanker yang dipamerkan, terbersit perasaan takut sekaligus “nggilani” (menjijikkan, red) juga loh. Bayangkan saja, saat berada dalam museum, pengunjung bukan malah melihat atau disuguhi contoh-contoh daging sapi yang belakangan marak diperbincangkan melainkan memandangi satu-persatu contoh daging (jaringan) yang menyebabkan kematian pada manusia. Na’udzubillah.

Setidaknya dengan mengunjungi Museum Kanker Indonesia bukan hanya pajangan contoh jaringan kanker yang bisa dilihat para pengunjung, informasi yang lengkap dan jelas mengenai penyakit kanker bisa pula mereka dapatkan setelah melihat tayangan video atau buku-buku dan majalah kesehatan yang disediakan oleh pihak museum. Tips dan trik jitu mencegah dan mengatasi ganasnya penyakit kanker juga bisa pengunjung peroleh melalui brosur-brosur yang dibagikan secara cuma-cuma oleh manajemen Museum Kanker Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun