Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kearifan Sirih dan Beragam Manfaatnya

12 Februari 2016   16:06 Diperbarui: 7 Juni 2016   14:56 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sirih hijau yang banyak kita jumpai"][/caption]Siapa orangnya yang tak tahu tentang tanaman sirih? Hampir setiap orang mengenal tanaman ini. Sirih biasanya ditanam orang terutama oleh kaum ibu di dalam pot atau langsung di tanah halaman rumahnya. Tanaman sirih sebenarnya cukup banyak jenisnya namun yang biasa kita lihat itu sirih dengan daun berwarna hijau atau dikenal dengan Sirih Hijau. Sirih yang dalam istilah Jawa disebut suruh itu sudah sejak lama dikenal dan dimanfaatkan orang untuk banyak hal.

Orang-orang tua dulu memanfaatkan daun sirih untuk bahan pelengkap nginang, istilah Jawanya, kinange jambesuruh. Tradisi nginang sebenarnya merupakan kebiasaan kuno para leluhur dengan cara mengunyah daun sirih hijau yang dikombinasikan dengan buah gambir, tembakau, kapur sirih (Jawa = njet) dan pinang (Jawa = jambe). Nginang dengan sirih hijau dan bahan pelengkap lainnya tadi menjadikan gigi dan mulut para leluhur kita itu menjadi selalu sehat, tampak utuh dan tahan lama (awet).

Dalam sebuah prosesi pernikahan adat Jawa, ada salah satu tahap dalam prosesi itu yang kita kenal dengan ritual lempar sirih atau istilah Jawanya balangan gantal. Tapi bukan sembarang daun sirih yang dijadikan media untuk prosesi balangan gantal itu melainkan daun-daun sirih terpilih dengan ruas (tulang) daun yang saling bertemu atau istilah Jawanya suruh temu rose.

[caption caption="Lebih dekat melihat daun sirih hijau"]

[/caption]

Filosofinya, suruh berarti ngangsu kaweruh (menimba ilmu), sedangkan temu rose bisa diartikan bertemu rasa. Daun sirih yang dilemparkan diikat terlebih dulu dengan benang berwarna putih (Jawa =lawe) yang melambangkan kesucian. Dalam tahap prosesi itu, mempelai pria melempar terlebih dulu dengan 4 ikat sirih yang dalamnya sudah disi kapur sirih, sedangkan mempelai wanitanya melempar 3 ikat daun sirih.

Tradisi saling lempar daun sirih itu mempunyai makna bahwa pernikahan merupakan ikatan dua insan yang tulus, lembut dan suci yang awali dengan saling kenal antara keduanya (suruh = ngangsu kaweruh) kemudian timbul rasa cinta sejati diantara keduanya (temu rose) lalu keduanya naik ke pelaminan untuk membentuk sebuah mahligai rumah tangga.

Daun sirih terutama yang temu rose khabarnya juga dijadikan media oleh sebagian paranormal untuk menyembuhkan kliennya dari serangan energi gaib yang berupa gangguan teluh (santet), ilmu pelet (pikat) atau ilmu hitam lainnya.

Saya sendiri punya pengalaman yang tak terlupakan tentang daun sirih ini, masa kecil saya tak lepas dari berlari dan bermain bola. Suatu ketika tendangan bola kawan sepermainan menghantam tepat mengenai bagian muka saya. Cukup keras hantaman bola itu hingga mengakibatkan saya terhuyung-huyung. Kepala terasa pusing, mata berkunang-kunang dan hidung terasa sakit sekali serta mengucurkan gumpalan darah.

Saya mengalami mimisan akibat terkena hantaman bola. Kawan-kawan memanggil ibu agar segera membopong badan saya dengan hidung meneteskan darah. Badan saya ditelentangkan di atas tempat tidur. Segera setelah itu ibu memintakan daun sirih ke tetangga dekat rumah lalu memasukkan gulungan daun sirih tadi ke lubang hidung saya yang berdarah-darah tadi. Dalam hitungan menit darahpun berhenti mengalir.

Tak hanya mimisan, air rebusan daun sirih juga pernah saya jadikan bahan untuk mandi. Pernah suatu ketika saya mengalami gatal-gatal di sekujur tubuh. Bedak herocyn dan salicyl powder tak mempan dengan gatal-gatal itu. Istri menyarankan agar saya mandi saja dengan menggunakan air hangat hasil rebusan daun sirih. Mungkin gatal-gatal di sekujur badan itu akibat biang keringat atau jamur. Anehnya setelah mandi dengan rebusan daun sirih, gatal-gatal di badan menjadi hilang.

Bagi kaum wanita, keberadaan tanaman sirih itu sedemikian pentingnya. Wanita yang mengalami masalah dengan organ intimnya atau sakit keputihan biasanya menjadikan daun sirih sebagai obat alternatifnya. Mereka merebus daun sirih tadi lalu air rebusannya diminum, sebagian lagi dipakai untuk cebok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun