Di antara deru debu dan ingar-bingarnya mesin-mesin pabrik, terdapat secuil area (kawasan) untuk ngadem (berteduh) sejenak bagi warga Gresik dan sekitarnya setelah mereka penat bekerja.Â
Nah, secuil area itu berupa hutan mangrove yang berada di Desa Manyar Sidomukti, Manyar-Gresik (Jatim). Masyarakat setempat menyebutnya dengan kawasan mangrove Sungai Kali Mireng.Â
Untuk bisa sampai ke lokasi hutan mangrove Kali Mireng, Manyar-Gresik, Anda cukup berjalan kaki atau naik motor dengan jarak kurang lebih satu kilometer dari gerbang bertuliskan "Selamat Datang di Wisata Mangrove Desa Manyar Sidomukti".Â
Tak ubahnya hutan mangrove di daerah lain seperti Surabaya dan Jakarta, hutan mangrove Gresik ini juga dilengkapi jembatan penyeberangan yang melintasi Sungai Kali Mireng.Â
Awalnya memang masih berupa jembatan sederhana, dari bambu yang dirangkai sedemikian rupa, namun belakangan (sebelum pandemi merebak) ketika kami berkunjung ke sana Bulan September 2019 yang baru lalu, jembatan sudah dibuat dari kayu dengan konstruksi yang kuat dan terlihat lebih menarik.Â
Hutan mangrove Manyar Gresik mulai dibuka pada sekitar tahun 2014. Selain untuk menikmati udara segar di tengah rimbun dan teduhnya pohon mangrove, Anda juga bisa memancing ikan di sana. Tempat ini bisa menjadi objek wisata meriah bagi warga Gresik dan sekitarnya saat libur akhir pekan.Â
Sebagian masyarakat Desa Manyar yang berprofesi sebagai nelayan tentu saja tak melewatkan kesempatan untuk menjaring ikan di kawasan itu.Â
Untuk itu tak menutup kemungkinan adanya dukungan dari pihak luar dalam hal ini pihak swasta dan Pemerintah Kabupaten (pemkab) Gresik selain pemerintah desa (pemdes) setempat.Â
Sudah menjadi rahasia umum kalau hutan mangrove di Indonesia mulai beralih fungsi menjadi area pertambakan, pemukiman warga atau kawasan industri. Sebab itu kepedulian atau keberpihakan kepada kelestarian hutan mangrove itu sangat diperlukan.Â
Tindakan nyata seperti penanaman kembali bibit-bibit bakau hendaknya secara terus-menerus dilakukan mengingat sedemikian pentingnya keberadaan hutan mangrove sebagai perisai (green belt) dari ancaman tsunami dan sebagai paru-paru (anti polusi) kawasan yang dipenuhi banyak pabrik. Â