Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menguak Misteri Prasasti Ranu Kumbolo di Semeru

20 Maret 2021   17:46 Diperbarui: 25 Maret 2021   08:25 2587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prasasti Ranu Kumbolo (Dokumentasi Mawan Sidarta)

Menurut sejarawan Sukarto Atmojo, kalimat "Ling Deva Pu Kameswara Tirthayatra" dapat diartikan bahwa ketika itu Raja Kameswara pernah melakukan kunjungan suci dengan mendaki Gunung Semeru. Menurut sang sejarahwan, angka tahun prasasti berkisar pada 1182 masehi. 

Sementara menurut penafsiran Dwi Cahyono, kata deva pu menunjukkan kalau Kameswara ketika melakukan ritual tirthayatra sudah bukan seorang raja Kerajaan Kadiri lagi dan menghabiskan sisa hidupnya untuk mendekatkan diri pada Hyang Widhi karena deva pu berarti rohaniawan. 

Sedangkan gelar raja biasanya menggunakan kata shri (sri). Menyimpulkan Prasasti Ranu Kumbolo merupakan tinggalan Raja Kameswara dari Kerajaan Kadiri, menurut Dwi Cahyono dianggap terlalu dini mengingat jenis huruf Jawa Kuno yang tertulis di Prasasti Ranu Kumbolo ada kemiripan dengan prasasti-prasasti lain yang ditemukan di Semeru bagian selatan, mulai Ampelgading (Malang) hingga Senduro (Lumajang). 

Huruf-huruf atau aksara Jawa Kuno yang ditemukan di sebelah selatan Gunung Semeru itu dibuat pada masa kejayaan hingga menjelang runtuhnya Kerajaan Majapahit. 

Perjalanan spiritual di masa Kerajaan Majapahit juga seringkali dilakukan para rohaniawan atau raja. Sebagai contoh, Raja Hayam Wuruk melakukan ritual tirthayatra di wilayah kekuasaannya. 

Perjalanan spiritual Raja Hayam Wuruk mencari air suci ke Sumber Wendit, Sumber Awan, dan Telaga Biru yang berada di wilayah Malang telah ditulis oleh Mpu Prapanca dalam kitabnya Negara Kertagama. 

Di antara para pendaki Semeru lainnya (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Di antara para pendaki Semeru lainnya (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Suatu bukti bahwa kakek moyang kita pada zaman dahulu bukan hanya seorang pelaut ulung melainkan juga pendaki yang handal. Apa yang dilakukan Kameswara merupakan bagian dari perjalanan spiritual menuju kesempurnaan diri. 

Suatu sikap agung yang kemudian diperkuat dengan tinggalan berupa prasasti atau jejak purbakala lainnya (arca, pepunden berundak, menhir dan sebagainya) untuk mengenang misi perjalanan spiritual beliau. 

Prasasti yang mereka tinggalkan telah menjadi warisan purbakala yang sangat berarti bagi generasi sekarang dan yang akan datang terutama untuk menguak keadaan di masa itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun