Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Batik, dari Angkasa Turun ke Sawah

23 Oktober 2018   12:47 Diperbarui: 23 Oktober 2018   13:53 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ke sawah dengan berbatik ria (dok.pri)

Apa yang ada di benak (pikiran) kita ketika menyaksikan seseorang mengenakan pakaian batik? Apalagi kalau yang dipakai itu kemeja batik lengan panjang. 

Tentu penilaian kita terhadap orang tadi akan berbeda bila dibandingkan dengan jika melihat seseorang yang berbusana ala kadarnya atau bahkan kaos oblong saja yang ia kenakan. 

Tak lain dan tak bukan karena nilai rasa (image) ajining rogo soko busono (berharganya diri itu dari busana yang dipakai, red) ternyata masih melekat kuat di tengah masyarakat kita dan itu tak bisa dipungkiri.

Ketika berpapasan atau berjumpa dengan teman, saudara atau seseorang yang kita kenal dan kebetulan mereka sedang berkemeja batik, tak jarang kita bertanya "ada acara apa nih kok rapi amat" atau "mau kondangan ke mana". 

Nah itu menandakan kalau batik merupakan busana yang spesial dan hanya dipakai ketika ada acara khusus, beberapa contohnya : undangan resepsi perkawinan atau akad nikah, pengajian warga dan rapat keluarga. 

Pasti di antara kita juga sering menyaksikan kalau busana batik dikenakan seseorang saat bekerja (formal), misalnya bekerja sebagai pramugari pesawat, sebagai eksekutif atau staf di kantor, mengajar sebagai guru atau dosen, sebagai pejabat atau anggota dewan yang terhormat dan masih banyak lagi elemen masyarakat Indonesia yang mengenakan batik di tempat mereka mengabdikan dirinya.

Sentra batik di Indonesia

Pramugari mengenakan batik (dok.pri)
Pramugari mengenakan batik (dok.pri)
Hampir setiap daerah di berbagai penjuru tanah air ini menjadi sentra seni kerajinan batik. Mungkin sebagian orang menganggap awalnya seni membatik berasal dari beberapa kota di Pulau Jawa seperti Solo, Yogyakarta dan Pekalongan. 

Jadi legenda busana batik diperkirakan dari ketiga kota di Jawa tadi. Sehingga muncul image, seseorang yang berbusana batik dianggap Wong Jowo (Orang Jawa, red). Padahal semua suku bangsa di Indonesia kini sudah akrab dengan busana dari kain batik.

Kabarnya nih tradisi kuno membatik juga sudah ada di beberapa daerah di luar Jawa, seperti Flores, Toraja, Halmahera dan Papua. 

Berbatik ria (dok.pri)
Berbatik ria (dok.pri)
Di Pulau Jawa sendiri, entah sejak kapan seni kerajinan membatik sudah berkembang di daerah-daerah di luar Solo, Yogyakarta dan Pekalongan (Jawa Tengah). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun