Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Saat Plesir ke Gresik Coba Sarapan "Lontong Balap Sekar Putih" Ini...

28 September 2018   22:12 Diperbarui: 29 September 2018   12:54 2266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemaron tempat sayur kecambah lontong balap (dok.pri)

Kerupuk mie (kerupuk kuning)(dok.pri)
Kerupuk mie (kerupuk kuning)(dok.pri)
Usut punya usut sang penjual lontong balap yang akrab disapa Pak To itu ternyata sudah puluhan tahun mangkal di Kampung Sekar Putih, Pongangan-Manyar, Gresik.

Usia Pak To sebenarnya sudah tidak mudah lagi, orang di sana mengatakan sekitar 80 tahunan. Anak-anaknya sebenarnya tak ingin lelaki yang sudah pantas dipanggil kakek itu ikut menunggui lapaknya. 

Menurut putra-putrinya, Pak To sudah sepantasnya duduk manis di rumah, tidak perlu capek-capek menunggui lapaknya, mengingat usianya yang sudah renta.

Minggu pagi itu, saat salah satu putri Pak To sedang sibuk melayani para pembeli tiba-tiba Pak To muncul dan langsung ikut membantu melayani pembeli yang antre. 

Putrinya sempat menegurnya agar ia tidak ikut berjualan. Nada teguran sang anak tadi sempat didengar para pembeli tak terkecuali kami dan beberapa tetangga terdekatnya.

Lontong Balap Pak To terkenal di kawasan Pongangan, Manyar-Gresik

Salah satu putri Pak To sedang sibuk melayani pembeli (dok.pri)
Salah satu putri Pak To sedang sibuk melayani pembeli (dok.pri)
Kalau saya perhatikan lapak lontong balap milik Pak To itu masih mempertahankan ciri khas penjual lontong balap khas Surabaya tempo dulu, di mana sayur kecambah (tauge), seledri, daun bawang dan kuah ditempatkan dalam sebuah kemaron, semacam bejana (panci) berukuran cukup besar tapi terbuat dari gerabah (tanah liat).

Katanya sih, sayur kecambah yang dimasak dalam kemaron tanah liat itu akan terasa sedap. 

Kalau penjual lontong balap Surabaya zaman dulu menggunakan lapak yang dipikul, kini para penjualnya sudah menggunakan lapak dorong (beroda) termasuk yang digunakan Pak To sekarang ini karena lebih ringan dan dengan mudahnya berpindah-pindah tempat (fleksibel). 

Kemaron sebagai tempat memasak sayur kecambah kini sudah digantikan fungsinya dengan panci dari logam (stainless steel).

Biasanya dalam penyajiannya, lontong balap ditemani sate kerang dan es kelapa muda (Jawa = degan) namun di lapak Pak To ciri khas itu tidak kita temukan. Pak To menggantinya dengan kerupuk kuning atau kerupuk mie.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun