Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

"Klotekan", Tradisi Unik Membangunkan Orang Sahur yang Kini Mulai Langka

5 Juni 2018   16:40 Diperbarui: 5 Juni 2018   16:49 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Klotekan (musik patrol) kekinian (dok.pri)

Tiap daerah di Indonesia pasti punya tradisi yang berbeda-beda untuk membangunkan orang makan sahur di tengah malam. 

Bunyi peribahasa "Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya" sepertinya sesuai untuk menggambarkan betapa adat istiadat (tradisi) suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya. 

Makan sahur ini sangat penting bagi mereka yang sedang menjalankan puasa di bulan suci Ramadan karena menjadi sumber energi yang membantu menguatkan tubuh seorang muslim dalam menjalankan ibadah puasa di keesokan harinya. 

Saking pentingnya sahur sebagai bagian ibadah puasa Ramadan sehingga kadang perlu keterlibatan orang lain dalam membangunkan orang di tengah atau penghujung malam.

Membangunkan Warga dengan Klotekan 

Klotekan mulai memudar (dok.pri)
Klotekan mulai memudar (dok.pri)
Kebetulan kami tinggal di pinggiran Kota Gresik yang berdekatan dengan Surabaya dan Sidoarjo. Malahan kalau ke Surabaya atau Sidoarjo jauh lebih dekat ketimbang ke pusat Kota Gresik sendiri.

Tradisi membangunkan makan sahur nyaris tak ada bedanya di ketiga kota itu. Saya kelahiran Surabaya, masa kecil sampai lulus kuliah masih di Surabaya. Setelah menikah sampai sekarang menetap di Gresik. Jadi yang namanya tradisi membangunkan warga untuk makan sahur relatif sama antara Kota Surabaya dan Gresik. 

Membangunkan warga dengan memainkan seperangkat alat musik ala kadarnya sambil berkeliling kampung dan perumahan masih menjadi tradisi yang berjalan sampai sekarang.

Waktu masih kecil, masih tinggal  bersama almarhum kedua orang tua di Surabaya, alat musik untuk acara klotekan membangunkan orang menggunakan peralatan seperti potongan bambu, cerigen, timba jebol, gendang (ketipung) dari bekas kaleng biskuit dan bas kotak.

Memainkan alat-alat musik ala kadarnya tadi disebut klotekan. Sebagian masyarakat menyebut klotekan keliling kampung atau perumahan dengan istilah musik patrol.

Entah sejak kapan tradisi ini mulai masuk Surabaya dan kota-kota di sekitarnya. Yang pasti sejak mbah-mbah kami dulu tradisi klotekan membangunkan orang untuk sahur sudah ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun