Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

Mengurai Nasib Prasasti Airlangga yang Kurang Terurus!

23 Mei 2018   03:56 Diperbarui: 23 Mei 2018   19:02 2350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prasasti Airlangga di antara perumahan warga Desa Klagen (dok.pri)

Belum ada papan nama, keterangan tentang isi prasasti, masih seperti yang dulu (dok.pri)
Belum ada papan nama, keterangan tentang isi prasasti, masih seperti yang dulu (dok.pri)
Saya atau mungkin juga pengunjung situs lainnya mengetahui isi Prasasti Airlangga itu dari internet yang ditulis oleh orang yang belum tentu memiliki wawasan atau pengetahuan yang mendalam tentang lempengan batu yang bertuliskan Bahasa Sansekerta itu. 

Selama ini informasi yang ada di internet hanya bersifat parsial (sepenggal-sepenggal), kurang komprehensif dan itupun belum tentu benar.

Saya secara pribadi menjadi lebih ingin tahu tentang Prasasti Airlangga itu setelah Museum Surabaya yang ada di Gedung Siola Surabaya itu memajang replika prasasti yang pernah saya datangi lima tahun silam itu.

Deimen, petugas Museum Surabaya (dok.pri)
Deimen, petugas Museum Surabaya (dok.pri)
Deimen, petugas Museum Surabaya mengatakan kalau replika Prasasti Airlangga itu merupakan salah satu koleksi museum yang paling banyak dilihat pengunjung.

"Pengunjung Museum Surabaya dibuat penasaran dengan replika Prasasti Airlangga yang berwarna hitam dengan ukuran yang besar" terang Deimen sambil menemani saya memandangi relief yang terpahat pada replika itu.

Kalau saya perhatikan, replika itu oleh pengelola sengaja ditempatkan dekat pintu masuk Museum Surabaya sehingga lebih dulu dilihat oleh para pengunjung.

Replika Prasasti Airlangga atau yang bernama Prasasti Kamalagyan itu oleh pengelola museum dilengkapi keterangan yang berbunyi: Subaddapageh huwus pepet hilinikang bahu ikang bangawan amatlu hilinyangalor, kapwa ta sukha manah nikang maparahu samanghulu mangalap bhanda ri hujunggaluh, artinya: kokoh kuat terbendung sudah arus sungai Bengawan bercabang tiga mengalir ke utara maka senang hati para tukang perahu bersama-sama mengambil muatan di hujunggaluh. 

Adapun letak hujunggaluh di kali Surabaya bagian sebelah utara Dukuh Klagen.

Prasasti Kamalagyan dibangun Airlangga dari Kerajaan Kahuripan Kadiri (Kediri) untuk memperingati keberhasilan atas pembuatan bendungan di Waringin Sapta pada 959 saka (1037 m).

Sebagai awam yang kebetulan juga sedikit menyukai dunia seni relief (pahat), saya melihat Prasasti Airlangga itu memiliki cita rasa seni yang sangat tinggi. 

Kalau diperhatikan, huruf-huruf Jawa kuno (sansekerta) yang dipahatkan terlihat begitu jelas dan rapi, padahal kala itu mungkin arsitek Airlangga tidak menggunakan alat ukur (mistar) untuk mengerjakannya. Sungguh sebuah maha karya yang harusnya dipelihara dengan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun