Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mengisi Halaman Sempit dengan Tanaman Buah

22 November 2017   12:39 Diperbarui: 22 November 2017   16:22 7030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buah-buahan yang kita nikmati dengan cara memetik langsung dari kebun atau halaman pekarangan rumah dengan yang dibeli dari pasar atau mal buah mungkin nilai dan kesannya akan berbeda walaupun sebenarnya rasa dan kualitas buah tadi tak ada bedanya alias sama.

Bicara tentang kebun atau pekarangan biasanya angan kita tertuju pada kawasan pedesaan di mana masyarakatnya tinggal di permukiman dengan lahan yang luas. Masing-masing rumah memiliki halaman atau pekarangan yang memungkinkan seseorang untuk menumbuhkembangkan pohon buah hingga bisa dipetik dan dinikmati buahnya.

Jambu air (dok.pri)
Jambu air (dok.pri)
Pohon jambu air (dok.pri)
Pohon jambu air (dok.pri)
Bagaimana dengan mereka yang tinggal di perkotaan, terutama bagi mereka yang tinggal di lokasi perumahan tipe RS (Rumah Sederhana / tipe 36) atau bahkan RSS (Rumah Sangat Sederhana / tipe 25). Pada perumahan sederhana, luas tanah dan bangunan rumah terbilang kecil mungkin berkisar antara 5.5 X 10 meter sampai 6 X 12 meter persegi. Luas halaman minim sekali. Jalan di depan rumah juga tidak begitu lebar, berkisar antara 2 sampai 4 meter.

Biasanya para pemilik rumah-rumah sederhana itu membangun penuh seluruh tanah kavling-nya karena kamar tidur atau ruangan lainnya kurang mencukupi untuk anggota keluarga yang ada sehingga perlu diperbesar, akibatnya nyaris tidak ada tanah yang tersisa. Namun yang namanya hobi atau passion berkebun (bercocok-tanam) tetap bisa dilakukan seseorang sekalipun halaman rumahnya sempit.

Buah sawo (dok.pri)
Buah sawo (dok.pri)
Saya pribadi, termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang suka menghiasi halaman rumahnya dengan tanaman hias atau pohon buah-buahan. Kami tinggal di sebuah kawasan perumahan yang terletak di pinggiran Kota Gresik, Jawa Timur. Rumah kami termasuk ke dalam golongan rumah sederhana, entah tipe berapa itu ya, mungkin tipe 4L (loe lagi loe lagi he..he..). Bisa dibayangkan kalau luas tanah dan halamannya pasti tidak selebar kavling 10 X 20 meter persegi. Namun yang namanya kesukaan berkebun harus jalan terus.

Masih bisa menanam pohon buah meski tak ada halaman (dok.pri)
Masih bisa menanam pohon buah meski tak ada halaman (dok.pri)
Sistem perakaran pohon buah-buahan yang ditanam di halaman rumah pada akhirnya akan tumbuh menjalar dan berkembang sehingga tak jarang mengakibatkan rusaknya tembok selokan atau jalan di depan rumah. Sang pemilik pohon kadang juga menerima komplain dari tetangga. Sebagian orang yang suka berkebun tanaman buah-buahan mengantisipasi hal itu dengan teknologi bercocok tanam secara tabulampot (tanaman buah dalam pot). Maksudnya, tanaman buah ditumbuhkembangkan dalam pot berukuran besar namun media tanam (tanah) dan ketersediaan zat hara tetap terjaga dengan baik. 

Disamping itu juga harus secara rutin melakukan pemangkasan agar pohon tidak terlalu rimbun dan tinggi, pasokan energi (unsur hara dan lainnya) yang semestinya untuk pertumbuhan vegetatif (daun dan batang) dialihkan untuk pertumbuhan generatif (bunga dan buah). Sehingga tanaman tadi cepat berbuah normal seperti halnya kalau ditumbuh-kembangkan di halaman (lahan) yang luas.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Bagi mereka yang kurang suka bercocok tanam secara tabulampot bisa saja menanam bibit pohon buah-buahan dengan tetap tidak merusak lokasi sekitar tempat tumbuhnya. Misalnya dengan menanam bibit (cangkokan) berkualitas unggul. Teknologi rekayasa genetika yang berkembang pesat dewasa ini menghasilkan bibit-bibit tanaman buah yang berperawakan (habitus) pendek namun cepat berbuah.

Usahakan untuk membuat lubang tanam yang lebih dalam agar perakaran mudah berkembang dan menerobos masuk ke dalam tanah. Pohon juga tidak mudah tumbang karena sistem perakarannya kuat tertancap dalam tanah. Tidak menjalar di permukaan sehingga mudah merusak jalan atau bangunan yang ada di sekitar tempat tumbuhnya.

Ada banyak bibit tanaman buah yang bisa dengan mudah kita tanam di setiap sudut halaman rumah kita yang sempit itu. Bibit-bibit tanaman buah itu juga bisa kita dapatkan di toko-toko pertanian terdekat dengan harga terjangkau. Beberapa diantaranya ialah jambu air, mangga, sawo, srikaya (Jawa = menungo), belimbing, arbei dan masih banyak lainnya.

Bibit juga bisa kita peroleh dengan menumbuhkan benih (biji) dalam plastik polibag berukuran kecil lalu memindahkannya ke dalam plastik polibag yang lebih besar. Bila kita sudah siap untuk menanamnya di tanah halaman rumah, cukup dengan merobek polibag tadi dan memasukkan tanaman yang akarnya menyatu dengan media polibag tadi agar sistem perakarannya tidak rusak. Atau bisa juga memperoleh bibit dengan stek cabang, seperti pada tanaman arbei.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun