Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Untuk Menghindari "Ranjau Darat" Dibangunlah Toilet Unik

27 Januari 2017   15:55 Diperbarui: 27 Januari 2017   16:20 1415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
View Ranu Kumbolo tak jauh dari toilet (dok.pri)

Ada yang berbeda untuk acara jalan-jalan ke gunung kali ini. Kalau kita mendaki gunung lain selain yang berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mungkin nggak banyak aturan namun di TNBTS khususnya Gunung Semeru, pengelola di sana justru memberlakukan aturan yang cukup ketat untuk para pendaki. Mengapa ? karena TNBTS itu menjadi magnet wisatawan dunia. Entah sudah berapa banyak TNBTS memberikan kontribusi kepada pendapatan daerah setempat.

Sebelum mendaki Semeru para pendaki menerima wejangan (pengarahan) dari seorang petugas di ruang pendataan yang berada di Desa Ranu Pane. Tak tanggung-tanggung briefing berlangsung sejam lebih lho. Hal-hal yang dibicarakan antara lain seputar bagaimana penanggulangan masalah yang mungkin saja terjadi saat pendakian, larangan perusakan lingkungan kawasan Gunung Semeru dan adab saat berada di camp ground Ranu Kumbolo, Kali Mati atau puncak Mahameru.

Sebagai pendaki, apakah itu yang profesional maupun yang masih amatiran seperti saya he..he… tentu saja harus tetap taat dan tunduk dengan aturan yang ditetapkan. Masalah kebersihan lingkungan misalnya, menurut keterangan petugas briefing, beberapa tahun yang lalu Gunung Semeru sempat dijejali sampah oleh para pendaki yang tak bertanggung-jawab.

Beberapa puluh ton sampah berhasil diturunkan dari gunung tertinggi di Pulau Jawa itu. Petugas dan relawan TNBTS tak mau kecolongan lagi, mulai saat itu pengelola TNBTS menerapkan aturan yang sangat ketat. Selesai mendaftar sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, para pendaki juga harus rela meluangkan waktunya mengikuti pengarahan dari petugas TNBTS.

Sebagian pendaki Gunung Semeru memilih untuk tidak melanjutkan pendakian sampai ke puncak Mahameru, mereka memutuskan berkemah saja di camp ground Danau Ranu Kumbolo. Danau ini begitu indah. Beberapa spot di dekatnya seperti Tanjakan Cinta, Savana Oro-oro Ombo juga tampak memesona. Air danau masih terjaga kemurniannya dan bisa langsung diminum meski tanpa direbus terlebih dulu. Untuk memasak dan keperluan lain juga bisa memanfaatkan air danau ini.

Namun ada tata-cara yang harus dipatuhi. Usahakan agar saat mengambil air melepas alas kaki (sepatu) terlebih dulu, sedapat mungkin kaki kita tidak masuk ke dalam danau. Dengan begitu kebersihan air danau akan tetap terjaga. Atau dengan menggali lubang di pinggir danau dengan jarak satu meter dari tepi danau. Air danau yang merembes ke lubang galian itu yang kita manfaatkan.

Toilet ala Ranu Kumbolo Semeru (dok.pri)
Toilet ala Ranu Kumbolo Semeru (dok.pri)
Sebelum tahun 2012 sebagian pendaki mungkin masih merasa kurang nyaman bila mereka menjelajah Semeru, khususnya bagi pendaki yang singgah sebentar di camp ground Ranu Kumbolo, Kali Mati dan Puncak Mahameru. Pasalnya ditempat-tempat itu belum didirikan toilet. Kalau sedang kebelet pipis atau buang hajat, mereka dengan terpaksa melakukannya di semak-semak sambil sembunyi-sembunyi.

Bukan tidak mungkin ranjau darat (tinja pendaki, red) itu suatu saat nanti secara tak sengaja akan terinjak oleh pendaki lain. Wah.. nggak kebayang seberapa besar daya ledaknya he…he… Setelah dibangun toilet ala Semeru itu pastinya membuat lega para pendaki Semeru. Mereka bisa buang hajat sambil ndodok (jongkok, red) manis tanpa harus merasa was-was, takut kalau-kalau ketahuan pendaki lain. Jangan dibayangkan toilet ala Semeru itu seperti toilet di rumah kita atau toilet di hotel tidak berbintang sekalipun.

Toilet Semeru dirancang sederhana, dindingnya terbuat dari plat seng gelombang dengan kerangka dalam dari pipa bundar. Plat seng dilapisi cat berwarna hijau tua. Bagian atasnya hanya dinaungi bahan semacam jaring paranet. Toilet ala Semeru itu hanya berupa lubang berbentuk persegi, berukuran kira-kira 20 X 20 sentimeter persegi, tanpa air penyekat seperti disain toilet di rumah kita. Bisa dibayangkan, begitu pendaki ndodok karena saking kebeletnya langsung saja kotorannya bablas ke lubang penampungan yang ada di bawahnya.

Kurang terjaga kebersihannya (dok.pri)
Kurang terjaga kebersihannya (dok.pri)
Masyarakat Jawa menyebut toilet ala Semeru itu dengan istilah jumbleng. Kalau jumbleng di daerah pedesaan, lubang penampungan tinjanya kadang digunakan untuk memelihara ikan lele. Saya belum tahu apakah toilet ala Semeru itu juga dimanfaatkan untuk memelihara ikan lele. Meski sangat sederhana dan mungkin dari sudut pandang kesehatan lingkungan kurang memenuhi syarat namun keberadaan toilet ala Semeru itu sudah cukup membantu para pendaki.

Sebaiknya plat seng dan kerangka pipa besi menggunakan bahan-bahan yang anti karat agar tahan lama mengingat upaya perbaikan toilet itu tak mungkin dilakukan sesering mungkin karena letaknya yang jauh di lereng gunung. Yang perlu diperhatikan oleh pengelola Semeru dan diwaspadai para pendaki ialah bahwa lubang penampungan tinja (semacam septic tank) harus didisain sedemikian rupa agar tidak merembes menuju Danau Ranu Kumbolo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun