Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sulitnya Mengunjungi Museum WR. Soepratman

28 Oktober 2015   16:04 Diperbarui: 28 Oktober 2015   16:12 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Gaya bangunan Museum WR. Soepratman Surabaya"][/caption]

Hari ini, 28-10-2015 segenap Bangsa Indonesia memperingati hari Sumpah Pemuda. Bahwa 87 tahun silam pernah terjadi peristiwa penting dalam perjalanan sejarah Republik Indonesia. Kala itu para pemuda yang tergabung dalam konggres pemuda dari berbagai suku, bahasa dan agama di Indonesia berikrar bertanah air satu tanah Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia dan berbahasa satu bahasa Indonesia.

Dalam konggres itu juga diperdengarkan lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya. Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh Wage Rudolf Soepratman. Beliau kini telah lama tiada dan pusaranya berada di kawasan Jalan Rangka, Kenjeran-Surabaya Utara.

Sebagai warga Surabaya, saya termasuk yang telat mengetahui seperti apa sejarah lagu Indonesia Raya karya beliau dan di mana keberadaan makam beliau. Menurut sejarahnya lagu Indonesia Raya diciptakan WR. Soepratman pada tahun 1924.

[caption caption="Patung WR. Soepratman di depan museum"]

[/caption]

Tapi syukurlah beberapa waktu lalu saya berkesempatan mengunjungi kediaman beliau yang kini oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dijadikan Museum WR. Soepratman.

Untuk mengunjungi Museum WR. Soepratman memang tidak mudah. Harus ada ijin khusus dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkot Surabaya yang kantornya berada di dalam gedung Siola Jalan Tunjungan Surabaya. Tapi pada saat-saat tertentu pengunjung bisa dengan mudahnya mengunjungi museum itu.

“Minta ijin dulu kalau ingin masuk ke dalam museum” ungkap Pak Sunardi pemegang kunci museum.

Sebenarnya yang diserahi tugas memegang kunci museum itu adalah istri Pak Sunardi. Sayapun tak berhasil mendapatkan dokumentasi wajah Pak Sunardi, beliau malu untuk difoto. Nggak enak katanya sebab bukan petugas yang secara khusus berwenang. Untungnya saya mendapat sedikit informasi tentang museum WR. Soepratman setelah beramah-tamah dengannya.

WR. Soepratman muda melanglang ke berbagai daerah Indonesia. Pernah suatu ketika ia tinggal bersama Willem Van Eldik yang tak lain adalah kakak iparnya sendiri. Melalui kakak iparnya inilah beliau banyak belajar memainkan biola.
Meski termasuk warga lama di Jalan Mangga yang menjadi tempat Museum WR. Soepratman namun Pak Sunardi mengaku tak banyak tahu tentang sejarah WR. Soepratman.

Kata Pak Sunardi, museum WR. Soepratman itu dulunya merupakan rumah tinggal kakak beliau. Pak Sunardi tidak menjelaskan, yang dimaksud kakaknya di sini apakah itu Willem Van Eldik , sang kakak ipar atau kakak kandungnya sendiri yang ia sendiri tidak tahu namanya.

WR. Soepratman lahir di Jatinegara, Jakarta pada hari Senin Wage, 9 Maret 1903 dan wafat di Surabaya pada hari Rabu Wage, 17 Agustus 1938. Versi lain menyebutkan kalau beliau lahir bukan di Jatinegara melainkan di Kaligesing, Purworejo-Jawa Tengah bukan pada 9 Maret 1903 melainkan 19 Maret 1903.

[caption caption="Bougenville"]

[/caption]

Selain menggubah lagu Indonesia Raya, WR. Soepratman juga menciptakan lagu Ibu Kita Kartini yang sangat akrab di telinga kita itu. Sebagai tokoh muda yang ingin memperjuangkan kemerdekaan Indonesia lewat lagu-lagu karyanya tak menjadikan WR. Soepratman tinggal di rumah dengan nyaman dan tenang.

Bahkan beliau sangat jauh dari semua itu. Karena aktif menyuarakan lagu Indonesia Raya, akhirnya pemerintah Belanda selalu meneror, mengejar-ngejar beliau dan memenjarakannya.

WR. Soepratman akhirnya ditahan di Penjara Kalisosok Surabaya. Beliau meninggal di usia yang masih muda karena sakit yang dideritanya. Untuk mengenang jasa beliau Pemkot mengambil alih rumah tinggal kakak beliau yang kini dijadikan museum WR, Soepratman Surabaya.

“Di dalam museum hanya ada replika biola beliau dan teks lagu Indonesia Raya itupun nggak asli hanya fotokopian” terang Pak Sunardi

Biola asli warisan WR. Soepratman yang kala itu digunakan untuk mengiringi nyanyian lagu Indonesia Raya kini disimpan di Museum Nasional Jakarta begitu pula dengan naskah asli lagu Indonesia Raya yang merupakan karya cipta almarhum.

Gagal mengunjungi Museum WR. Soepratman tak lantas menyurutkan minat saya untuk mengetahui lebih dalam tentang museum itu. Dari Pak Sunardilah saya menggali informasi tentang Museum WR. Soepratman.

[caption caption="Rumah wafat WR. Soepratman dicanangkan sebagai bangunan cagar budaya oleh Pemkot Surabaya"]

[/caption]

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun