Mohon tunggu...
mavi
mavi Mohon Tunggu... Bankir - I'm the straw to your berry

Menulis adalah pelarian yang paling nyaman ketika benang-benang dikepala sudah mulai kusut dan butuh diuraikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Lamaran

6 Desember 2018   18:36 Diperbarui: 6 Desember 2018   18:56 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seperti biasanya, aku diam-diam memperhatikanmu.

Katakan, mengapa setiap yang ada padamu begitu mengagumkan?

Senyummu, kedipmu, bahkan gembungan pipimu setelah sesuap nasi masuk lagi ke mulutmu.

Tanpa dosa kau melirik padaku, mengedipkan kedua matamu lalu tersenyum meremehkan.

Ya Tuhan jantungku...

Kau ingin membunuhku?

Kemudian beliau datang, ayahku. Tak begitu jelas, tapi aku tau itu ayahku. Segalanya buram kecuali kamu.

Kalian mengobrol banyak.

Aku, tentu saja memperhatikanmu.

Dan aku seperti mengerti arah pembicaraan kalian. Seolah tau, kau menoleh padaku.

'Jangan, jangan diucapkan. Kalau kau mengucapkannya berarti ini mimpi!'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun