Mohon tunggu...
Maura Adisty
Maura Adisty Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenali Pentingnya Dongeng bagi Perkembangan Kognitif Anak

14 Agustus 2020   08:30 Diperbarui: 14 Agustus 2020   08:39 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta telah melaksanakan webinar sebagai bentuk dari pengabdian kepada masyarakat dengan tema “Dongeng dalam Perspektif Psikologi” pada tanggal 18 Juli 2020 lalu. 

Pada acara tersebut diharapkan dapat mendukung motto dari Universitas Negeri Jakarta yaitu Mencerdaskan dan Memartabatkan Bangsa.  Webinar dilaksanakan untuk memberikan edukasi kepada guru-guru PAUD mengenai pentingnya dongeng bagi perkembangan kognitif anak. Peserta dapat mengikuti webinar melalui platform Zoom Meetings dan Youtube Live pada official account Prodi Psikologi UNJ.

Acara ini juga telah bekerjasama dengan PT. Emina Cheese Indonesia, Lumira Talenta Indonesia dan Laksmi Karya Bhakti. Peserta yang hadir sebanyak 800 peserta, terdiri dari guru PAUD serta Dinas Pendidikan dari berbagai daerah di Indonesia seperti DKI Jakarta, Bekasi, Aceh, Palembang, Yoyakarta, Pulau Seribu, Surabaya, Sulawesi, Papua dan daerah lainnya.

Kegiatan ini dipandu oleh Bu Lupi Yudhaningrum., M.Psi., Psikolog sebagai host acara serta dimoderatori oleh Bapak Dr. Gumgum Gumelar FR. M.Si dengan menghadirkan 2 pembicara yaitu Ibu Irma Rosalinda, M.Si., Psikolog yang merupakan Dosen Fakultas Pendidikan Psikologi dan Kak Mochamad Ariyo Faridh Zidni sebagai co-founder dari Ayo Dongeng Indonesia. Materi yang dibawakan oleh Ibu Irma membahas dongeng dalam perspektif psikologi. 

Menurut Nursisto (dalam Monalisa, 2013) dongeng adalah sebuah cerita yang biasanya berhubungan dengan suatu kepercayaan, keajaiban maupun mengenai binatang yang tidak pernah terjadi bahkan mungkin tidak akan pernah terjadi didalam dunia nyata, sedangkan Priyono (dalam Ardini, 2015) mengatakan bahwa dongeng adalah sebuah cerita yang sifatnya khayalan, mengada-ada serta tidak masuk akal, tetapi didalamnya terdapat banyak makna. 

Dengan adanya kegiatan mendongeng dapat diperoleh banyak manfaat seperti dapat mengembangkan daya berfikir anak, kemampuan berbahasa anak, pembentukan karakter anak, kemampuan bersosialisasi serta sebagai sarana terjadinya interaksi secara aktif antara anak dengan orang tua maupun guru (Kusmiadi et al., 2008).

Pendapat ini didiukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Monalisa pada tahun 2013 yang menunujukkan hasil penelitian bahwa adanya peningkatan perkembangan bahasa anak di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Lubuk Basung melalui kegiatan mendongeng. 

Penelitian lain dilakukan oleh Zakira Habsari pada tahun 2017 yang menyebutkan bahwa salah satu strategi yang dilakukan untuk dapat membentuk karakter seorang anak adalah dengan membiasakan membaca dongeng serta menciptakan lingkungan sekitar menjadi lingkungan baca yang mendukung bagi anak. 

Hal ini dikarenakan banyak ahli psikologi dan pendidikan yang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa keemasan dimana anak pasa usia balita (0-5 tahun) sedang mengalami perkembangan yang pesat pada bagian otak dan kognitifnya (Habsari, 2017). Oleh karena itu seharusnya sejak usia dini, anak sudah mendapatkan stimulus dari lingkungan sekitarnya agar potensi yang ada didalam dirinya terus berkembang. 

Menurut salah satu pembicara yaitu Ibu Irma Rosalinda, M.Si., Psikolog bahwa dongeng menjadi salah satu sarana yang dapat digunakan untuk menstimulus otak anak agar dapat berimajinasi dengan luas serta berpikir kreatif dengan tidak mebebankan anak dalam mendengar ataupun menyimaknya karena dongeng bersifat khayalan, menarik, ringan, kreatif dan mudah dimengerti oleh anak. 

Beliau juga mengatakan bahwa ada satu hal yang menarik dari sebuah dongeng yaitu walaupun dengan seiringnya perkembangan kognitif, usia dan pembelajaran lain dari lingkungan, anak akan mengetahui bahwa kebanyakan dongeng merupakan cerita yang fiktif, tidak masuk akal dan hanya bersifat khayalan tetapi nilai-nilai moral yang didengarkan dan ditanamkan saat kecil akan terus membekas dan terus tertinggal didalam jiwanya hingga anak beranjak dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun