Mohon tunggu...
Fredy Maunareng
Fredy Maunareng Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati Bahasa

Menuduh diri sebagai "Pemerhati Bahasa" dari Nusa Laung, Pulau Wetar-Maluku Barat Daya Korespondensi melalui Email : fredy.maunareng@gmail.com | WA : +6281237994030 |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kepanikan Mematikan Nalar

26 Maret 2020   06:10 Diperbarui: 26 Maret 2020   10:52 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar facebook, gambar diambil dari Tribun Manado

Sama seperti antelop yang lari ketakutan dikejar singa. Kepanikan membuat kita lumpuh dalam berpikir. Kepanikan juga membuat kita tidak lagi mampu untuk menyaring dan mengolah informasi.

Lebih parah lagi kita ikut menyebarkan informasi yang kita sendiri belum bahkan tidak tahu kebenarannya. Atas nama "sekedar berbagi", semua failure informasi  juga dibagi.

Sebisa mungkin gunakan nalar kita untuk mendapatkan informasi dari sumber yang benar-benar kredibel. Lakukan perbandingan data informasi yang diterima dengan sumber-sumber kredibel tadi. Selanjutnya kita boleh memilih untuk meneruskan kepada pihak lain ataukah menghapus dari memori kita.

Kembali ke informasi yang disampaikan abang saya. Saya memutuskan untuk tidak melanjutkannya kepada siapapun. 

Mengapa? Karena keakuratan informasi bayi yang berbicara tentang pencegahan Covid-19 tidak berasal dari sumber yang kredibel melainkan atas isu semata. 

Saya gunakan istilah isu karena informasi diberikan oleh kerabat abang saya melalui telepon. Mereka tidak melihat langsung pada video ataupun konten editan (hoax) yang diunggah ke media sosial.

Selain abang saya, sahabat-sahabat saya juga menghubungi saya di tengah malam suntuk itu mengabarkan tentang petunjuk bayi (hoax) ajaib itu. 

Dan mereka berhasil membuat saya tidak tidur semalam. Bukannya saya mencari telur seperti yang harapkan melainkan mencari informasi pembanding. Kalaupun informasi itu benar adanya, saya pikir irasional. 

Ternyata oh ternyata, tidak hanya mereka yang berada di Wetar Timur. Hampir sebagian penduduk wilayah Wetar ini terbangun pada tengah malam (malam tadi) mencari warung-warung yang menjual telur. 

Alhasil ada satu warung yang mengaku telur-telur yang dijual pun habis seketika pada malam itu juga. Ada juga yang mencari untung dengan menaikan harga telur secara tiba-tiba dan ludes terbeli. Saya tidak tahu persis dampak hoax itu ke daerah lain. Mungkin ada yang bisa berbagi pengalamannya.

Dari pengalaman ini saya hanya mengambil hikmahnya bahwa ada begitu banyak orang yang menaruh perhatian kepada kita. Mereka begitu peduli dengan kita. Mereka tidak perduli apakah informasi yang diberikan benar dan dapat dibenarkan atau malah berdampak buruk bagi mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun