Mohon tunggu...
Fredy Maunareng
Fredy Maunareng Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati Bahasa

Menuduh diri sebagai "Pemerhati Bahasa" dari Nusa Laung, Pulau Wetar-Maluku Barat Daya Korespondensi melalui Email : fredy.maunareng@gmail.com | WA : +6281237994030 |

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Saya Paham Maksud Pak Menko, tetapi Kalimat Semacam Itu Sebaiknya Tidak Perlu

3 Oktober 2019   06:11 Diperbarui: 3 Oktober 2019   14:53 5959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah pasien menjalani perawatan di dalam tenda darurat di teras RSUD Haulussy, Ambon, Maluku, Kamis (26/9/2019). Sejumlah pasien kini menjalani perawatan di tenda-tenda yang dibangun di pelataran halaman parkir rumah sakit pascagempa bumi dengan kekuatan magnitudo 6,8. (ANTARA FOTO/IZAAC MULYAWAN)

Menteri lupa bagaimana memperbaiki psikis para korban sebelum kembali ke rumah mereka. Menteri lupa bahwa mereka yang terdampak gempa harus memeriksa dengan benar kondisi setiap sudut rumah.

Menteri seolah kesal makin banyak pengungsi terus merepotkan negara. Menteri seolah kesal, gempa Ambon terlalu didramatisir. Menteri seolah kesal, harusnya masyarakat di Wamena atau demontrasi anarkis penolakan RUU KPK yang butuh perhatian lebih serius, bukan korban gempa Maluku.

Permintaan sang Menteri haruslah juga mempertimbangkan saran dari Pimpinan Pusat Penelitian Laut Dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2LD-LIPI) yang ikut meneliti gempa Ambon. P2LD-LIPI menghimbau agar masyarakat tetap berhati-hati terutama bagi korban kerusakan rumah kategori ringan pasca gempa. Dimungkinkan gempa susulan akan terus terjadi walaupun tidak sebesar atau lebih besar daripada gempa pertama.

Terhadap pernyataan pemerintah yang disuarakan oleh Wiranto, bagi saya sangatlah melukai nurani saya sebagai anak bangsa. Sekali lagi, kami tidak mengaharapkan adanya gempa. Kami tidak mengharapkan adanya bencana alam. Kami tidak mengharapkan adanya konflik sosial yang memicu disintegrasi anak bangsa.

Saya paham bahwa Pak Menko ingin menghimbau agar masyarakat harus dengar pada sumber yang berwenang dan tidak termakan informasi yang menyesatkan. 

Hanya saja, klausa"... pengungsi terlalu besar ini sudah menjadi beban pemerintah, ..." adalah sebuah klausa yang seharusnya tidak perlu hadir. Sangatlah tidak etis seorang menteri berujar seperti itu kepada rakyat yang adalah korban dari suatu bencana alam.

Tapi, apakah semua orang harus marah atau reaktif terhadap pernyataan itu? Apakah perlu mendesak sang Menko Polhukam untuk meminta maaf atas ucapannya? Apa perlu melengserkan Wiranto dari posisinya sebagai seorang menteri? 

Bagi saya, tidak meminta maaf ataupun meminta maaf apalagi harus menurunkan dari jabatannya sama sekali tidak mengubah apa-apa. Bahwa bencana sudah terjadi dan menelan korban.

Yang diperlukan adalah kita harus berbesar hati untuk saling memaafkan tanpa harus ada yang meminta maaf terlebih dahulu. Bukan saatnya untuk saling menyalahkan tetapi saatnya untuk kita bahu-membahu menolong/membantu sesama kita yang sedang terdampak bencana alam.

Kita yang tidak terdampak gempa Ambon sudah melakukan apa untuk para korban? Kalau belum, yuk lakukan sesuatu. Mungkin yang paling mudah adalah dengan berdoa agar bangsa ini bebas dari bencana alam; bangsa ini bebas dari duka dan air mata; bangsa ini bebas dari terorisme; bangsa ini bebas dari radikalisme. 

Akhirnya NKRI tetap utuh dan berdaulat. []

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun