Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Bisikkan Padaku, Bagaimana Rasanya Menikmati Kemerdekaan?

9 Januari 2019   17:00 Diperbarui: 9 Januari 2019   17:38 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah menjadi tradisi dimana kaum minoritas selalu mendapatkan perlakuan yang tidak selayaknya dilakukan kepada sesama manusia. Terutama kepada para minoritas yang memang membutuhkan pemahaman yang lebih untuk berkomunikasi, berinteraksi dan berbaur dengan lingkungan sekitar. Terkadang masyarakat kurang bisa menerima keadaan tersebut, selanjutnya mereka mengalami diskriminasi.

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, hidup berdampingan satu sama lain, saling membutuhkan dan akan saling mengisi hingga akhir hidupnya. Tapi rasanya hal tersebut tidak dapat di rasakan oleh para penderita "Skizofernia". Selama hidupnya mereka hanya dapat merasakan tekanan, ketakutan, kekhawatiran dan kesendirian yang menghantui kehidupannya sehari-hari.

Seperti yang kita ketahui, manusia memang memiliki derajat yang jauh lebih tinggi dari pada makhluk ciptaan tuhan lainnya. Hal yang membedakan antara manusia dan makhluk lainnya adalah manusia diberkahi akal dan pikiran oleh sang pencipta, sedangkan makhluk lainnya tidak. Sejatinya kita semua sama, makhluk ciptaan Tuhan yang telah diberikan kekurangan dan kelebihian pada setiap individunya sejak lahir.

Begitu pula dengan para penderita Skizofernia, sebenarnya mereka memiliki akal untuk berfikir, memiliki rasa ingin tahu, dan juga memiliki rasa ingin dicintai oleh sesama. Namun sayangnya masyarakat sudah tidak perduli lagi akan hal itu, mereka menganggap bahwa para penderita Skizofernia "berbeda".

Apa itu Skizofernia?

Menurut situs Hallo dokter, "Skizofrenia adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang. Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Gejala tersebut merupakan gejala dari psikosis, yaitu kondisi di mana penderitanya kesulitan membedakan kenyataan dengan pikirannya sendiri" by : dr. Tjin Willy .

Skizofernia merupakan kondisi mental yang menganggap kenyataan dan presepsi suatu kejaidan dari sudut pandang yang berbeda atau bisa di katakan tidak biasa. Rata-rata penderita memiliki kesulitan untuk berpikir jernih apalagi untuk mengendalikan emosi. Biasanya mereka merasakan hal sangat mengganggu, seperti bisikan atau bayangan. Hal itu yang akhirnya membuat penderita kebingungan dan ketakutan.

TheConversation.com mengemukakan bahwa "Setiap tahunnya, diperkirakan ada sekitar 15 kasus baru per 100.000 orang. Di Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas) dari Kementerian Kesehatan, gangguan psikologis berat diderita oleh 1,7 per 1.000 orang atau ada sekitar 400.000 warga Indonesia saat ini yang menderita gangguan psikologis berat seperti skizofrenia". 

Latar belakang para penderita Skizofernia bermacam-macam, salah satunya memiliki pengalaman yang buruk pada masa lalu (trauma). Seperti bullying, pelecehan sexsual atau sering di kucilkan oleh orang tua sendiri misalnya dibanding-bandingkan bahkan dipukul ketika dimarahi. Skizofernia sendiri lebih sering dialami oleh pria tetapi, memang sebenarnya penyakit ini dapat dialami oleh siapa pun baik wanita mau pun pria, biasanya dengan rentang usia 16-30 tahun.

Ada juga faktor yang menunjukan bahwa skizofernia dapat di sebabkan oleh genetika/ lingkungan. Beberapa peneliti berasumsi bahwa setiap individu memiliki potensi untuk mengembangkan penyakit Skizofernia ini. Gangguan pada kejiwaaan juga cenderung dapat diturunkan dalam keluarga. Karena seperti yang kita tahu ada beberapa penyakit yang lainnya memiliki kaitan dengan genetika, Skizofernia juga dapat muncul ketika seseorang mengalami perubahan fisik dan hormon. Biasanya masa-masa ini terjadi ketika seseorang menjelang pubertas atau dapat juga saat mengalami situasi yang memicu stress.

Selain faktor gen/lingkungan, ternyata faktor biologis juga dapat mempengarhui seseorang mengalami Skizofernia. Beberapa ahli berpendapat, setiap manusia memiliki syaraf keseimbangan pada otak yang berfungsi untuk mengirim pesan kepada satu sama lain. Jika pada otak terdapat ketidak seimbangan baik secara kimiawi atau pada neurotransmitter seperti dopamine, glutamate dan serotonin, itu akan sangat bepengaruh pada reaksi seseorang kepada stimulus yang diterimanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun