Mohon tunggu...
Ajiza Maulida
Ajiza Maulida Mohon Tunggu... Mahasiswi -

Saya gadis yang ceria. Bercita-cita menjadi seorang novelis dan dapat menerbitkan buku best seller! Saya tidak punya bakat maupun kemampuan! Tapi saya punya kemauan dan minat! *Salam dari dunia ikan*

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Berdayakan Sampah Organik Menjadi Pundi-pundi Rupiah

10 Juni 2017   01:24 Diperbarui: 10 Juni 2017   01:39 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Instagram.com/tpstsitirejobersatu

Sampah merupakan permasalahan yang cukup kompleks yang mana jumlahnya berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi penduduk.  Malang merupakan salah satu daerah yang menghadapi permasalahan terkait sampah dengan jumlah sampah perharinya lebih dari 500 ton. Dengan didominasi oleh sampah organik yakni dengan persentase 61,5% dan sisanya adalah sampah anorganik. Sehingga hal ini berdampak pada penumpukan sampah di titik pembuangan sampah warga yaitu TPS sebelum diangkut ke TPA. Belum adanya sarana dan prasarana pengolahan sampah yang sistematis dan terorganisir menjadikan tumpukan sampah menjadi permasalahan warga, salah satunya yaitu di TPST 3R SITIREJO BERSATU yang terletak di Kecamatan Wagir Malang. Setiap harinya TPST 3R SITIREJO BERSATU mengumpulkan sampah yang berasal dari 850 rumah. Dalam hal pengolahan sampah ke tahap selanjutnya, untuk sampah anorganik biasanya dijual untuk didaur ulang oleh pabrik, sedangkah sampah organik yang melimpah langsung dilimpahkan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Talangagung Malang. Keterbatasan fasilitas pengangkutan sampah menjadikan tumpukan sampah organik di TPST menimbulkan bau menyengat yang mengganggu warga sekitar. Dan hal ini menjadikan prinsip 3R(Reduce Reuse Recycle) belum dapat diterapakan dengan baik. Sehingga timbulah inovasi pengelolaan sampah agar memberikan dampak positif yang digagas oleh 5 mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya yaitu Dhehan Febrianto, Imanuddin Nur Rahman, Winda Firdayanti, Syifa Nabila dan Ajiza Maulida melalui program Integrated Waste Aquaculture System. 

Konsep Integrated Waste Aquaculture System adalah pemanfaatan sampah organik untuk dijadikan produk-produk  penunjang kegiatan budidaya ikan lele dan ikan nila bioflok secara terintegrasi, yang artinya produk yang dihasilkan dari satu proses saling berkaitan dan berkesinambungan dengan proses selanjutnya. Integrated Waste Aquaculture System dimulai dari  kegiatan pemanfaatan sampah organik untuk dijadikan bahan utama pembuatan media hidup dan pakan cacing tanah, pemanfaatan sampah organik untuk dijadikan bahan campuran pembuatan probiotik perikanan, pemanfaatan sampah organik dan cacing hasil budidaya untuk dijadikan pelet pakan ikan, dan yang pada akhirnya produk-produk yakni probiotik dan pelet buatan sendiri tersebut digunakan untuk menekan biaya produksi kegiatan pendampingan budidaya ikan lele dan  nila bioflok. Budidaya dengan teknologi bioflok artinya yaitu memanfaatkan hasil metabolisme ikan yang mengandung nitrogen untuk diubah menjadi protein yang dapat dimanfaatkan oleh ikan, sehingga ikan tersebut memperoleh protein tambahan dari bioflok disamping pakan yang diberikan. Manfaat penggunaan teknologi bioflok apabila diaplikasikan dengan tepat adalah tidak adanya pergantian air dalam sistem budidaya sehingga teknologi ini ramah lingkungan.  Dengan diameter kolam bundar yaitu 2 meter mampu menampung ikan lele dengan kepadatan 3000 ekor dan ikan nila dengan kepadatan 400 ekor.  Selain itu program Integrated Waste Aquaculture System juga dapat diterapkan dalam pembuatan pupuk cair dan bercocok tanam sayuran di polybag yang juga memanfaatkan air bioflok dari budidaya ikan lele dan nila sebagai tambahan nutrisi tanaman.

Adapun dampak dari pengaplikasian dari Program Kreativitas Mahasiswa melalui Integrated Waste Aquaculture System yaitu dari segi lingkungan mampu menekan jumlah sampah organik sejak ditingkat hulu.  Dengan adanya program ini, maka  sampah organik dapat termanfatkan  >71,25 %, atau dari 247 kg menjadi 71 kg perharinya. Dari dampak ekonomi, program ini juga berpeluang sebagai lapangan pekerjaan yang baru  dimana penerimaan yang didapat dalam satu kali siklus pembesaran  ikan lele bioflok mencapai Rp. 10.500.000. Harapan kedepannya, Integrated Waste Aquaculture System ini dapat diterapkan di tempat-tempat pengelolaan sampah di berbagai daerah di Indonesia, mengingat Integrated Waste Aquaculture System bersifat sitematis, terintegrasi, bermanfaat dan berdaya guna.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun