Mohon tunggu...
Mauliah Mulkin
Mauliah Mulkin Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

"Buku adalah sahabat, guru, dan mentor". Ibu rumah tangga dengan empat anak, mengelola toko buku, konsultan, penulis, dan praktisi parenting. Saat ini bermukim di Makassar. Email: uli.mulkin@gmail.com Facebook: https://www.facebook.com/mauliah.mulkin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Metamorfosis Ibu

21 Desember 2015   19:56 Diperbarui: 21 Desember 2015   19:56 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terlahir sebagai perempuan tentu saja bukan pilihan yang sesuai dengan keinginan seseorang. Begitu pula jika ternyata ditakdirkan terlahir sebagai seorang laki-laki. Tapi memilih untuk menjadi ibu sudah pasti  sebuah pilihan.sadar. Sebagai sebuah pilihan sadar, tentu akan banyak persiapan yang harus dilakukan agar hasilnya nanti bisa memuaskan.

            Dulu, bekal menjadi ibu hanya berupa nasihat-nasihat dari orangtua. Namun seiring waktu dan pergeseran budaya, nasihat-nasihat tersebut lambat laun sudah tergantikan oleh buku-buku pengasuhan beserta referensi-referensi yang bisa dengan mudah diperoleh di dunia maya. Tak hanya orang dewasa, anak-anak kini pun tak mempan lagi dicekoki dengan nasihat. Mereka menganggap lebih tahu. Sebab, sumber-sumber dengan mudah bisa mereka akses. Tapi tentu tak bisa sama dengan kandungan nasihat seorang ibu.

            Mengawali peran sebagai seorang ibu muda yang kurang referensi ataupun persiapan seorang perempuan, biasanya akan lebih mudah menerima banyak masukan dari mana pun menyangkut persoalan diri dan bayinya. Bagaimana sebaiknya posisi yang tepat jika memandikan bayi, apakah bayi perlu dipijat, atau apakah membiarkannya menangis dalam waktu yang lama akan berbahaya bagi perkembangan psikologis dan kesehatannya?

Kisahnya tentu akan berbeda jika si ibu muda adalah seorang pembaca buku yang haus akan pengetahuan-pengetahuan pra pembentukan keluarga. Misalnya pengetahuan seputar kehamilan, kelahiran, serta hal-hal yang berkenaan dengan permasalahan bayi. Maka biasanya ia sudah siap dengan ilmu yang memadai dalam mengiringi hari-harinya bersama buah hatinya. Jika pun harus menerima saran dan masukan, tentu akan penuh pertimbangan dengan terlebih dahulu menyesuaikannya dengan pengetahuan yang telah ia dapatkan sebelumnya. Ia tidak begitu saja akan menerima mentah-mentah sesuatu yang tidak ia ketahui dasar perlakuannya.

            Baik ibu yang kurang persiapan ataupun ibu yang cukup persiapan, keduanya tetap perlu dan akan terus belajar dalam usaha memperbaharui pengetahuan dan memperluas wawasannya tentang perkembangan anak. Teori yang beberapa tahun lalu masih digunakan, mungkin saja tahun ini sudah tidak lagi, disebabkan penelitian-penelitian yang terus dilakukan oleh para ahli psikologi, kesehatan, dan pendidikan pada bidang-bidang tersebut.

Memang benar jalan ini sulit, terjal, berbatu, penuh dengan rintangan, tapi akan berbeda jika kita mau sedikit mengangkat wajah menikmati pemandangan kiri-kanan untuk merasakan keindahan menjadi seorang ibu.

            Pakar psikologi anak, C. Drew Edwards, menyebutkan tentang pekerjaan yang paling penting di dunia. Apakah mungkin orang akan mau melamarnya? Dalam bukunya How to Handle A Hard-to-Handle Kid: A Parent’s Guide to Understanding and Changing Problem Behaviors (Ketika Anak Sulit Diatur: Panduan bagi para Orangtua untuk Mengubah Masalah Perilaku Anak), Edwards menulis: “Dicari, orang dewasa yang berkepribadian matang, bisa bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu, sabar, teguh, dan dapat memotivasi diri sendiri. Harus mengurusi orang-orang yang kadang-kadang sangat manja, sulit, dan rewel. Tugas termasuk berbelanja, mengatur keuangan, bersih-bersih rumah, memberi konseling, memasak, dan memberikan pertolongan pertama. Diprioritaskan yang memiliki kendaraan. Memiliki komitmen seumur hidup dan tidak perlu pendidikan formal. Tidak ada pelatihan. Tidak ada kompensasi uang, tetapi tunjangan tambahan besar.”

            Begitulah gambaran akan beratnya tanggung jawab dalam perjalanan menjadi seorang ibu. Dari awal dunia diciptakan memang menjadi ibu tak ada sekolahnya, maka mereka harus memaksa diri untuk belajar secara otodidaktik, melatih diri sendiri untuk mampu mengelola segala warna-warni emosi yang kadang berebut untuk mampir menyapanya. Ada kalanya jatuh, tapi di situlah tantangan baginya untuk bangkit lagi. Ada masa stress dan putus asa menyaksikan banyak kekacauan dan ketidakberesan yang terjadi, namun di sanalah dituntut sebuah ketegaran dan keikhlasan darinya. Terkadang perasaan kecewa menjadi sesuatu hal yang lumrah terjadi manakala banyak kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan.

            Tak ada yang salah dalam sebuah proses pembelajaran. Sepanjang manusia berniat dan bertekad kuat untuk terus belajar, memperbaiki diri, mengevaluasi pencapaian, dan tidak pantang menyerah dalam berjuang meraih kualitas kehidupan yang lebih baik, maka sepanjang itu pula jalan keberhasilan pun akan terbuka luas.

            Sebuah ulat tidak serta-merta berubah menjadi kempompong, kemudian menjadi kupu-kupu hanya dalam satu hari, namun memerlukan waktu  yang cukup,  membutuhkan energi yang cukup besar. Namun hasil yang nampak kemudian adalah seekor kupu-kupu cantik yang indah dipandang mata. Demikian pula perubahan sifat dan perilaku seorang ibu akan membutuhkan waktu yang bertahun-tahun, membutuhkan  energi yang sangat besar, mengerahkan ilmu dan fisik yang maksimal, tapi hasilnya akan dapat dinikmati bahkan sebelum anak-anak tersebut dewasa.

            Sebagaimana kupu-kupu yang cantik, anak-anak tersebut akan tumbuh menjadi generasi yang kuat fisik, cerdas, dan berakhlak mulia. Dan seorang ibu dengan senyum mengembang berdiri di baliknya. Selamat menjadi ibu. Selamat Hari Ibu. 

 

 

           

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun