Mohon tunggu...
Maulani Pradiana
Maulani Pradiana Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru, penulis, pembaca, dan pemimpi.

Berawal dari tenaga medis hingga akhirnya menjadi tenaga Pendidik. Mendalami serta meneliti di bidang kesehatan dan kependidikan. Anime dan drama korea sebagai selingan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Sisi Lain dari Kisah Seorang Ibu yang Wafat setelah Operasi SC 8 kali

16 Desember 2022   20:05 Diperbarui: 16 Desember 2022   20:11 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Halo Para Pembaca,

Mungkin kisah ini sudah tidak asing lagi bagi para pembaca sekalian, karena tentunya kisah ini sudah berseliweran di FYP berbagai platform media sosial. Dalam kesempatan kali ini saya ingin sekali memberikan tanggapan yang berasal dari sudut pandang seorang ibu yang pernah mengalami melahirkan secara SC. 

Sectio Caesarea atau yang lebih dikenal dengan SC, adalah proses melahirkan lewat prosedur operasi. Biasanya metode ini di tempuh apabila terdapat kondisi medis tertentu, baik pada ibu atau janinnya. Saya adalah seorang ibu yang sudah mengalami 2 kali proses ini, karena kondisi medis fetal distress pada anak saya yang pertama dan pada anak saya yang kedua.

Kisah seorang ibu yang wafat setelah melakukan prosedur SC sebanyak 8 kali tentunya mengguncang jagat maya. Tentunya ini adalah sebuah kasus yang jarang ditemui, sebab menurut dokter spesialis kandungan yang saya temui, meski prosedur SC tidak ada batas pasti nominalnya, tapi rata-rata di Indonesia prosedur ini maksimal hanya di tempuh 3 kali, kalaupun ada SC ke-4 artinya memang ada urgensi tertentu dan tentunya dilakukan dengan pengawasan dan pertimbangan yang sangat-sangat matang. 

Resiko terjadinya pendarahan hebat saat operasi meningkat sejalan dengan banyaknya jumlah operasi dilakukan, artinya  SC ke 2 tentu akan lebih beresiko dari SC pertama, SC ke 3 akan lebih beresiko dari SC ke 2, begitu seterusnya. Artinya  SC yang ke 8 tentu amat-sangat beresiko pendarahan yang berujung kematian.

 Dimedia sosial berbagai macam video dan content edukasi bernada kritik dilayangkan kepada sang ibu yang saat ini sudah wafat. Kolom komentar bersifat menghakimi dan menyalahkan berbagai pihak baik sang ibu, sang ayah, ataupun dokternya karena dianggap tidak memberikan edukasi kepada sang ibu. Namun,dalam wadah kompasiana ini saya ingin memberikan sebuah sudut pandang yang ingin saya luapkan.

Kisah ibu yang SC 8 kali dan akhirnya berpulang ke rahmatullah, bukan hanya masalah fenomena kesehatan, namun juga fenomena sosial yang memiliki sisi humanis. Meski saya tidak menyetujui sang ibu yang memilih resiko hamil dan melahirkan SC hingga 8 kali, tapi kita tidak boleh melupakan bahwa pilihan yang di jalani oleh ibu tersebut adalah pilhan yang amat-teramat berat dan bukan jalan yang sangat mudah untuk di tempuh. Berdasarkan pengalaman saya pribadi, bahwa pasca operasi SC ke dua amat lah berat dibandingkan SC pertama.

Setelah SC ke dua luka operasi saya terus menerus mengeluarkan darah dan baru berhenti sekitar 1 bulan pasca operasi. Dalam kondisi tersebut saya harus tetap berusaha merawat, menyusui sang bayi.  Hal ini membuat saya membayangkan, betapa beratnya kondisi seorang ibu yang terpaksa harus SC hingga 8 kali. Meski saya tidak mengenal beliau, saya membayangkan rasanya pasca operasi ke 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan terakhir 8. Rasa sakit dan ngilu, air mata dan darah, peluh dan lelah yang mungkin sang ibu alami. 

Makadari itu, saya berharap kepada seluruh Content creator, dokter, dan influencer yang ingin mengangkat kasus ini, janganlah lupa setidaknya menyebutkan rasa bela sungkawa atau sedikit berempati kepada sang ibu. Kurang elok rasanya apabila sampai ada menyebutkan bahwa ini mirip tindakan bunuh diri. Bagaimanapun kita tidak mengetahui kisah sang ibu 100% maka sekali lagi saya mohon kepada seluruh content creator dan netizen yang mengangkat kasus ini, fokuslah pada sisi hikmah dan edukasinya, kurangi kata-kata yang bersifat menghakimi. fokus kepada hikmah yang kita bisa ambil dari pilihan berat yang sang ibu ini alami.

Kisah ini membuka mata kita, bahwa edukasi parenting dan kehamilan bukan hanya ditekankan pada wanita, melainkan pada pria juga. Hal-hal seperti ini sebaiknya didiskusikan sebelum menikah, jumlah anak yang calon suami inginkan, jumlah anak yang calon istri inginkan, apabila memiliki anak terhalang kondisi medis, dan lain lain, adalah visi yang harus disamakan sebelum masuk ke jenjang pernikahan.

Salam Hangat,
Penulis

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun