Mohon tunggu...
Maulana Zam
Maulana Zam Mohon Tunggu... Teacher and Motivator -

Kerendahan hati adalah kualitas pikir yang sangat mulia. \r\n\r\nBerubah atau Dirubah\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Biarkan Pikiran Anda Mengkonsumsi Sampah

20 Februari 2017   13:00 Diperbarui: 20 Februari 2017   13:05 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : addicted2success IG

Sadar atau tidak atau mungkin malah anda senang melakukannya, setiap hari anda menjejali pikiran anda dengan sampah. Maksud sampah disini bukan barang atau bahan yang sudah tidak terpakai lalu anda buang di tong sampah. Tetapi berita atau informasi yang tidak memiliki nilai edukasi yang berharga untuk dikonsumsi. Sehingga pikiran akan akan terinfeksi dengan informasi yang absurd.

Mau bukti? Mari perhatikan diri anda sepanjang hari ini, tentang bagaimana pikiran anda bekerja. Di era digital saat ini telah memungkinkan anda kini dengan mudah mengupdate berita dan informasi dengan cepat. Pertanyaannya adalah berapa porsi waktu yang anda sediakan dalam membaca informasi yang memiliki nilai positif ? Informasi yang sesungguhnya amat dibutuhkan untuk peningkatan kualitas hidup anda.

Jika jawaban dari pertanyaan tersebut bahwa saya lebih banyak mengupdate informasi yang isinya hanya gonjang-ganjing dan penuh dengan hoax. Maka sayangilah pikiran anda, karena sesungguhnya anda sudah membiarkan pikiran anda dengan mengkonsumsi banyak sampah.

Apa dampaknya apa bagi diri anda? 

Tentu saja ibarat perut, jika anda banyak mengkonsumsi makanan yang tidak dibutuhkan untuk kesehatan tubuh maka anda akan sakit. Begitu juga dengan pikiran anda jika terlalu sering mengkonsumsi berita dan informasi sampah maka anda pun akan sakit. Bisa-bisa malah sakit jiwa. Gejalanya sudah banyak kita lihat sendiri, betapa banyak orang mudah marah dan emosi ketika membaca informasi yang bersifat provokatif. Celakanya kebiasaan ini pun dilanjutkan dengan memberikan komentar dengan saling sindir menyindir seperti yang biasa dilakukan oleh para netizen. Maka jadilah anda pengkonsumsi sampah sekaligus pribadi yang pendendam.

Satu hal yang perlu anda ketahui bahwa pikiran yang kita miliki ini bersifat liar. Dia tidak berhenti berpikir bahkan pada saat kita diam sekalipun. Oleh karena itu proses memilih pikiran amat penting sekali karena pikiran adalah panglima dari pergerakkan tubuh kita. Jika anda salah memilih maka pikiran, mental dan psikologis anda akan tersakiti. Apalagi anda salah memilih respon informasi “sampah” maka detik itu juga anda tidak akan bahagia.

Bagaimana caranya agar pikiran kita terhindar dalam mengkonsumsi sampah? Dibawah ini mungkin tips yang bisa membantu anda:

Yang pertama adalah biasakan diri anda untuk menghindari berita dan informasi yang bersifat hoax, provokatif dan tidak mengandung unsur edukasi. Membiasakan diri untuk hal ini anda harus kuat dengan tidak tergoda dengan judul berita yang memancing anda untuk membacanya. Kalaupun terlanjur maka usahakan tidak usah sampai habis membacanya.

Yang kedua banyak-banyaklah anda membaca informasi yang dapat membangkitkan passion, seperti character building atau pengembangan diri yang dapat memberikan motivasi untuk anda. Dengan demikian anda melatih diri memiliki DNA untuk memilih mana yang baik dan buruk bagi pikiran anda.

Yang ketiga jagalah pikiran anda dengan pikiran anda sendiri. Karena yang bisa menjaga pikiran anda sesungguhnya adalah pikiran anda sendiri. Tertibkan pikiran anda untuk selalu mengkonsumsi hal-hal yang positif. Kalau pikiran kita berkonsumsi baik, yang terjadi adalah baik. Kalau yang kita konsumsi pikiran jahat maka yang terjadi  juga adalah jahat.

Yang keempat ini adalah yang utama, yaitu dekatkan diri dengan nilai-nilai religius. Nilai-nilai ini akan mengantarkan diri untuk selalu berpikir lurus dan memberikan pemahaman dan kesadaran pentingnya mensucikan hati, pikiran dan jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun