Mohon tunggu...
Maulana Zam
Maulana Zam Mohon Tunggu... Teacher and Motivator -

Kerendahan hati adalah kualitas pikir yang sangat mulia. \r\n\r\nBerubah atau Dirubah\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bonus Demografi 2030 vs Era Digitalisasi

13 Oktober 2017   11:31 Diperbarui: 13 Oktober 2017   11:51 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia saat ini sedang bersiap menyambut bonus demografi pada tahun 2020-2030. Dimana saat itu usia produktif mengalami kenaikan sebesar 70 % yaitu di usia 15 sampai dengan 64 tahun, sementara yang 30 % masuk ke dalam kelompok usia tidak produktif di usia 14 tahun kebawah dan 65 tahun keatas. 

Apa artinya bonus demografi ini bagi Indonesia? jawabannya diharapkan dengan jumlah usia produktif sebesar 70 % dari jumlah penduduknya dapat berkontribusi positif bagi pembangunan bangsa Indonesia. Saat ini Indonesia masuk kedalam kelompok G20 yaitu group negara-negara yang memiliki perekonomian besar di dunia. Dengan posisi seperti sekarang Indonesia tidak bisa dianggap remeh oleh negara-negara lain, bahkan para pakar memprediksi tahun 2030 Indonesia akan masuk kedalam kelompok negara-negara maju di urutan nomor 7 di dunia mengalahkan Belanda, Jerman dan Inggris. Dengan catatan bonus demografi ini bisa dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia dengan sebaik-baiknya.

Upaya-upaya persiapan tentu sudah dibuat oleh pemerintah dari berbagai aspek seperti kesehatan, pendidikan maupun lapangan pekerjaan. Anggaran pun dibuat untuk mendukung program tersebut. Disektor pendidikan pemerintah gencar memberikan beasiswa dalam rangka memperkuat pondasi dari peningkatan kualitas SDM Indonesia. Tenaga ahli dan terampil menjadi salah satu syarat agar lompatan pembangunan di berbagai sektor bisa tercapai. 

Pertanyaannya adalah apakah formula, regulasi dan strategi yang sudah dibuat ini bisa mewujudkan prediksi dan harapan bangsa Indonesia untuk melangkah lebih maju lagi? Tentu saja kita harus optimis, berangkat dari krisis ekonomi tahun 1998, telah membuktikan Indonesia bisa mengatasi masa-masa sulit dari multi masalah yang dialaminya.

Dengan pengalaman mengatasi krisis ekonomi tahun 1998 kali ini Indonesia kembali akan dilihat kiprahnya, apakah bonus demografi ini bisa menjadi anugerah atau petaka bagi bangsa ini. Ganjalan yang akan diterima oleh Indonesia salah satunya adalah kita sudah memasuki era digitalisasi. Pertumbuhan teknologi yang sangat pesat telah membuat semua orang tercengang. Pelaku ekonomi dan dunia usaha terpaksa harus mengeluarkan energi lebih dalam mengantisipasi terjadinya disrupsi di semua bidang.

Kita lihat saja perusahaan taksi terbesar di dunia saat ini, berkat teknologi mereka tidak perlu memiliki satu taksi pun. Bagaimana itu bisa terjadi ? Ini karena disrupsi dibidang transportasi. Jual beli retail sudah mulai ramai dengan menggunakan belanja online. Atau yang masih hangat bagaimana pemerintah sekarang ini memberlakukan transaksi non tunai untuk masuk Tol. Belum lagi jika kita menengok ke pabrik-pabrik. Banyak produk yang dulu membutuhkan tenaga manusia untuk membuatnya sudah tergantikan oleh teknologi dengan sistem otomatisasi dan robotic. 

Pertanyaannya adalah bagaimana kita semua menyambut bonus demograsi di era digitalisasi?. Teknologi di satu sisi membantu peradaban manusia tetapi ada hal nyata bahwa pemanfaatan tenaga manusia menjadi jauh berkurang. Disini ada PR besar yang harus dijawab oleh pemerintah dan semua stake holder bangsa Indonesia mengkolaborasi bonus demografi dengan era digitalisasi. Bukan perkara yang mudah memang, namun saya berpikir semua ini harus dimulai dari bidang pendidikan. SDM indonesia harus dibangun tidak hanya knowledge, skills, dan karakter saja, tetapi juga harus dibangun mindsetnya agar mampu membaca perubahan yang terjadi dan disikapi dengan perubahan cara dan strategi yang mumpuni.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun