Mohon tunggu...
Achmad Maulana
Achmad Maulana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Industri 4.0, Dilema Pasar Tenaga Kerja Indonesia

17 Desember 2018   16:48 Diperbarui: 17 Desember 2018   16:51 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sektor Industri di dunia terus mengalami perkembangan. Diawali dengan ditemukannya mesin uap pada akhir abad ke-18 yang menandai revolusi industri pertama, industri terus berkembang pesat dengan ditemukannya sistem produksi massal dengan pembagian kerja (revolusi industri kedua) dan otomatisasi produksi (revolusi industri ketiga). 

Dan saat ini pada tahun 2018, perkembangan industri mulai menginjak pada revolusi industri 4.0 dimana tingkat produksi menjadi setingkat lebih canggih lagi dengan unsur utama internet of things. Yakni sebuah konsep dimana konektivitas antara manusia, mesin dan data adalah hal yang sangat penting dan utama.

Dengan berlangsungnya Industri 4.0 tentunya akan membawa banyak manfaat khususnya pada peningkatan efisiensi dan produktifitas suatu negara. 

Manfaat lain akibat munculnya  Industri 4.0 yakni penciptaan jenis lapangan kerja baru yang terkait dengan internet yang sebelumnya tidak ada, seperti cloud architect, virtual reality design, cyber security analyst dan seterusnya. 

Tentunya pekerjaan-pekerjaan tersebut dibutuhkan skill atau kompetensi yang tinggi. Karena secanggih apapun sistem-sistem pada industri 4.0 tidak akan beroperasi secara maksimal apabila SDM nya kurang baik.

Pada kasus Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang banyak mencapai 260 juta dengan rata-rata lama pendidikan adalah 8,10 tahun atau setara kelas 9 tentunya tergolong kurang memadai dan belum cukup dalam menyesuaikan dengan perkembangan industri 4.0. 

Kualitas SDM Indonesia yang didominasi oleh lulusan SD dan SMP menjadikan Indonesia belum dapat berpartisipasi dalam lapangan kerja baru yang terbentuk di Industri 4.0 yang membutuhkan skill dan kompetensi yang tinggi, yang ada SDM indonesia hanya akan menjadi pekerja dalam rantai terujung atau terakhir dari proses produksi dimana hanya melakukan pekerjaan yang memiliki upah yang rendah.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan bahwa pada tahun 2018 penetrasi pengguna Internet di Indonesia mencapai angka 143,26 juta jiwa atau setara 54,7 persen dari total populasi Indonesia. 

Hal ini sebenarnya dapat menjadi sebuah acuan dimana kesiapan Indonesia dalam menghadapi Industri 4,0 sangat tinggi karena sebagian besar penduduk sudah familiar dengan internet. 

Namun jika dilihat lebih jauh lagi ternyata 130 juta jiwa diantaranya atau setara 49% masih menggunakan internet untuk bermain sosial media saja, belum pada tingkat yang lebih dalam. Sehingga dapat disimpulkan walaupun tingkat penetrasi pengguna internet di Indonesia tinggi, namun masyarakat belum siap dalam menggunakan sistem internet yang lebih rumit dan sulit dalam menghadapi Industri 4.0.

Menanggapi berbagai permasalahan SDM yang muncul dalam menghadapi Industri 4.0, pemerintah menerapkan beberapa kebijakan untuk meningkatkan kualitas SDM. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun