Mohon tunggu...
Maulana M. Syuhada
Maulana M. Syuhada Mohon Tunggu... lainnya -

Founder Tim Muhibah Angklung https://www.angklungmuhibah.id Buku: 40 Days in Europe (2007), Maryam Menggugat (2013), The Journey (2019)

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

[JTS#1] Kalau Benci Sudah Membuta (Bagian 1)

15 Maret 2019   03:14 Diperbarui: 15 Maret 2019   04:59 4569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan Jokowi dan Prabowo | Foto: Tahta Aidila/Republika

Kampanye hitam dan maraknya hoax dengan skala yang "massive" (dahsyat) baru terjadi di Pilpres 2014. Saya sempat menulis tentang ini di kompasiana, "Ketika Kampanye Hitam Gagal Menghentikan Orang Baik [7]. 

Jokowi dihantam berbagai kampanye hitam, mulai dari Jokowi anti islam, memiliki nama asli Hebertus, dikendalikan oleh kelompok Kristen, keturunan Cina, bapaknya adalah Oey Hong Liong, dibacking cukong-cukong Cina, Jokowi itu agen Zionis, agen Freemason, agen Amerika, agen Syiah, agen komunis, ibu-bapaknya PKI, Jokowi gagal di Solo, Jokowi mengkhianati sumpah jabatan, dan dan dan lainnya yang saking banyaknya, saya sudah tak ingat lagi.

Sampai ada orang yang berkata, "Kalau semua tuduhan itu benar berarti Jokowi itu melebihi superhero karena dia mampu menyatukan berbagai kekuatan yang saling berselisih yang ada di bumi ini, mulai dari agen Zionis, Syiah, Kristen, Freemason, Cina, Amerika, sampai Komunis, semuanya ada di Jokowi.

Kalau dikerucutkan, dua fitnah yang sangat sering dilekatkan ke Jokowi adalah Jokowi anti Islam dan keturunan PKI. Menyedihkannya orang-orang yang paling getol menyebarkan fitnah ini adalah orang-orang Islam juga, baik yang perorangan maupun kelompok, mulai dari simpatisan hingga kader-kader militan partai, mulai dari situs-situs penebar rumor yang membajak nama Islam, seperti VOA-Islam dan PKS-Piyungan, hingga para wartawan yang sudah menggadaikan idealisme dan integritasnya, seperti Nanik S. Deyang. Khusus kasus Nanik Deyang, saya menghabiskan waktu tiga hari untuk mengumpulkan ratusan screenshot dari status dan komentarnya di Facebook. Setelah melakukan riset kecil, saya menerbitkan artikel di kompasiana terkait dirinya, "Mempertanyakan Integritas Wartawan: Studi Kasus Tulisan Nanik S. Deyang [8].

Dalam sebuah obrolan di pinggir masjid, teman saya berkata, "Saya tidak peduli sama visi-misi, pertumbuhan ekonomi, dsb., alasan saya pilih Prabowo cuma satu, kita ini orang Islam!"

Inilah jahatnya mereka. Para kader dan simpatisan partai terus-menerus mengkampanyekan ke masyarakat bahwa Jokowi adalah musuh Islam. Mereka terus berikhtiyar, bergerilya agar umat Islam membenci Jokowi. Dan ini berhasil, terbukti tidak sedikit yang "benci buta" terhadap Jokowi, hingga saat ini. Bagi mereka, Jokowi adalah musuh Islam, memilih Prabowo adalah jihad bela Islam.

Dalam kondisi seperti ini, kita sudah tidak bisa berdiskusi obyektif lagi dengan mereka. Karena nalar mereka sudah tertutup oleh kebencian yang buta. Seperti kata ungkapan, kalau "cinta" sudah membuta, tai kambing pun rasa coklat. Dan tampaknya ini berlaku untuk kasus sebaliknya, kalau "benci" sudah membuta, coklat pun berasa tai kambing.

Dan puncak dari kampanye kebohongan ini adalah ketika PKS mengumumkan hasil real count Pilpres 2014 dengan hasil kemenangan untuk Prabowo-Hatta. Setelah diselidiki ternyata hasil real count yang diterbitkan oleh PKS angka-angkanya persis dengan hasil Polling yang dilakukan PKS pada 5 Juli 2014, atau empat hari sebelum Pemilu [9] , sehingga hasil real count PKS tersebut diduga palsu sebagaimana diberitakan oleh Republika [10]. 

Dari sekian banyak ustad yang ada di PKS, kok tidak ada satu pun yang mengingatkan PKS akan kebohongan ini, sampai-sampai Pak Prabowo, Pak Hatta Radjasa dan para tim sukses bersujud syukur bersama merayakan kemenangan. Setelahnya pun, bahkan hingga detik ini, sepengetahuan saya, tidak ada permintaan maaf dari PKS kepada seluruh masyarakat Indonesia akan kebohongan ini. Padahal sudah terang benderang bahwa Real Count yang diterbitkan PKS adalah sebuah kebohongan karena angka-angkanya persis sama dengan Polling PKS yang dilakukan empat hari sebelumnya.

Kenapa masyarakat kita sekarang terbelah, hubungan pertemanan banyak yang putus, caci-maki, kata-kata kasar, saling nyinyir makin membudaya, hoaks meraja-lela, dan banyak orang sudah tidak merasa malu lagi ketika menyebarkan berita bohong? Hipothesis saya sementara ini, tampaknya akarnya adalah dari Pilpres 2014, karena strategi kampanye yang dilakukan adalah membuat masyarakat benci kepada Jokowi dengan menebarkan berita-berita bohong bahwa Jokowi adalah musuh Islam. Bagi sebagian orang kebencian itu telah mengkristal menjadi "kebencian yang buta".

Beberapa hari yang lalu, beredar viral video seorang Ustadz yang menebarkan fitnah bahwa pemerintah akan melegalkan perzinahan, beriku video [11] dan transkripnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun