Mohon tunggu...
Maulana M. Syuhada
Maulana M. Syuhada Mohon Tunggu... lainnya -

Founder Tim Muhibah Angklung https://www.angklungmuhibah.id Buku: 40 Days in Europe (2007), Maryam Menggugat (2013), The Journey (2019)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Masyarakat Rumor, Budaya Rumor: Mempertanyakan Integritas Wartawan (Bagian 1)

1 Juli 2014   07:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:02 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya suka kasihan dan sedih melihat saudara-saudara kita yang mudah terhasut oleh berita-berita yang beredar di internet yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Tidak jarang saya mendapat sebuah berita, namun ketika saya tanya darimana sumbernya, dijawab, “Dari twitter”. Saya cuma bisa geleng-geleng kepala. Di twitter orang bebas menulis apapun, mulai dari fakta, gosip, rumor, sampai fitnah, semuanya ada. Karena keterbatasan twitter yang hanya membolehkan 144 karakter per-tweet, seringkali pesan hanya sangat singkat, tidak lengkap dan tanpa sumber yang jelas, sehingga kredibilitasnya seringkali hanya setara rumor. Karena alasan inilah saya tidak suka twitter. Saya seringkali tidak mampu menyampaikan berita dengan baik dan kredibel dalam jumlah karakter yang sangat terbatas.

Walau demikian, saya memang punya akun twitter, sekedar untuk memberikan pengumuman ringan, seperti, “Besok geng CAMOT kumpul di Dago Car Free Day jam 9 pagi”. Kalau ada berita yang sensitif, saya selalu menyertakan link dari sumber berita tersebut, misalkan, “Mobil Anak Ahmad Dhani tabrak Gran Max, 5 tewas", kemudian saya sertakan link dari surat kabarnya. Dengan cara demikian, ketika ada yang bertanya kata siapa, dengan mudah dapat kita jawab, kata Kompas, Detik, Tempo, dsb. Bukan berarti berita yang dimuat Kompas, Detik atau Tempo, pasti benar dan akurat 100%, tapi minimal ada sumbernya, dan mereka adalah surat kabar resmi yang punya surat ijin terbit, punya kantor dan ada penanggungjawabnya.

Selain melalui twitter, rumor juga dapat menyebar dengan cepat lewat sms. Oleh karenanya hal pertama yang perlu dilakukan ketika kita menerima berita yang mencurigakan, kontroversial, “miring” atau sejenisnya adalah melakukan cek dan recek. Jika bukan dari sumber yang kredibel, maka yang paling aman adalah tidak mempercayainya dulu sampai diketahui sumber aslinya. Sayangnya kebanyakan masyarakat kita justeru tidak peduli dengan cek dan recek. Asalkan berita tersebut sesuai dengan keinginannya, maka berita itu dianggap benar. Namun jika tidak sesuai dengan keinginan, maka berita tersebut dianggap palsu. Akhirnya masyarakat hanya membaca apa yang mereka mau, benar atau bohong, mereka sudah tidak peduli lagi.

Menjelang Pilpres ini, ibu saya pernah mendapatkan sms dari tetangga yang dia klaim sebagai sms yang disebarkan Ahok kepada kelompok Cina dan Kristen. Berikut salinan lengkap sms-nya:

"Ini BBM AHOK KPD KELOMPOK CINA DAN KRISTEN:

1. Teman seiman yg dikasihi Tuhan Yesus, Mari sama2 kita rapatkan barisan menjaga kekristenan kita dgn memiih PDIP/HANURA.
2. Kuasa Salib di depan mata. Kasih Tuhan dan kuasa Gereja akan terbukti setelah 9 April 2014.
3. PILPRES: Satukan barisan untuk Jokowi. Setelah JOKOWI jadi presiden, Ahok pasti jadi Gubernur & kuasa yesus akan hadir di Jakarta untuk kalahkan kesombongan muslim.
4. Jangan kuatir, hatinya Jokowi seiman dengan kita.
5. Kristen harus kuasai Jakarta. Kalbar & Kalsel sudah di tangan kita. Kristen akan berkibar di NKRI dari Sabang sd Merauke.

HAI SAUDARAKU SESAMA MUSLIM, SEBARKAN INI...JANGAN DIAM! JIHAD BELA AGAMA ISLAM, JANGAN TERBAWA ARUS POPULARITAS SEMATA! SELAMATKAN ISLAM DI NEGERI INI UNTUK KEMENANGAN ABADI DI AKHIRAT. ALLAHU AKBAR. "

Ketika membaca sms tersebut, intuisi saya berkata, “ini sms ga bener”. Setelah saya “googling” kilat, ternyata sms serupa pernah dimuat oleh situs VOA-ISLAM ketika Pilkada DKI namun dengan tanggal yang berbeda. Jadi sms ini adalah sms yang sama, namun di-edit tanggalnya untuk kepentingan Pileg dan Pilpres, dari yang semula 20 September 2012 menjadi 9 April 2014.

[caption id="attachment_331658" align="alignnone" width="643" caption="Berita tentang SMS Ahok di VOA-ISLAM"][/caption]

Artikel lengkapnya dapat dibaca pada situs VOA-ISLAM berikut:
http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2012/08/03/20099/justru-ahok-lah-yang-menebar-pesan-sara-melalui-black-berrynya/#sthash.568Dt45i.dpbs

Sungguh kejam mereka yang membuat dan menyebarkan berita bohong ini. Jangan salah, tetangga saya yang menyebarkan sms di atas adalah seorang muslim, berpendidikan tinggi, dan sering pergi ke mesjid. Jadi orang yang berpendidikan tinggi dan sering pergi ke mesjid tidak otomatis menjadikan dia pribadi yang dapat berpikir jernih, tidak mudah terhasut, dan hati-hati dalam menyebarkan berita. Begitu pula dengan VOA-ISLAM, meskipun judulnya ada kata ISLAM-nya, tidak berarti mereka selalu mengindahkan prinsip-prinsip Islam dalam menerbitkan berita.

Fasilitas online lainnya untuk menyampaikan berita atau pendapat adalah blog. Sebagaimana orang, kredibilitas sebuah blog tergantung dari track-record penulisnya (blogger). Jika ia sering berbohong, maka kredibilitasnya akan rendah, dan sebaliknya. Blog ada yang diterbitkan di domain pribadi sang blogger, namun ada pula yang diterbitkan di platform yang disediakan pihak ketiga, seperti Blogspot, Multiply, atau bahkan di medium seperti Kompasiana yang konon katanya dibuat untuk mengembangkan citizen media.

Kompasiana bukanlah surat kabar. Ia lebih menyerupai ruang publik online, tempat para blogger atau siapapun menerbitkan tulisan-tulisannya. Jadi di Kompasiana, siapapun bebas menuliskan apa saja, mulai dari fakta, gosip, rumor, sampai fitnah, semuanya ada di sana. Karenanya tidak jarang kita menemukan artikel-artikel di kompasiana yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, bahkan tidak sedikit yang berbentuk berita karangan atau “hoax”, seperti contoh berikut ini:

[caption id="attachment_331359" align="aligncenter" width="403" caption="Berita karangan atau "]

1404085530487908563
1404085530487908563
[/caption]

Artikel lengkapnya dapat dibaca pada link berikut:
http://politik.kompasiana.com/2014/05/31/jumat-di-sunda-kelapa-jokowi-dusuguhi-kahtib-pentingnya-amanah-655689.html

Bagi pembaca yang tidak kritis dan suka akan rumor, mereka akan serta-merta mempercayainya, dan kemudian menyebarkannya. Namun bagi yang memiliki integritas, tentu ia akan melakukan cek-recek terlebih dahulu. Dan benar saja, tak lama setelah artikel tersebut terbit, seorang yang bernama Erri Subekti yang hadir di mesjid tersebut memberikan kesaksian bahwa apa yang ditulis pada artikel di atas adalah bohong. Untungnya, ia mengambil beberapa foto dan video, sehingga bisa dijadikan bukti bahwa tulisan di atas hanya karangan belaka. Berikut klarifikasinya:

[caption id="attachment_331360" align="aligncenter" width="375" caption="Klarifikasi tentang kebohongan berita di Masjid Sunda Kelapa. (Untuk melihat foto dengan jelas, klik kanan, dan kemudian pilih "]

1404085629883228865
1404085629883228865
[/caption]

Artikel lengkapnya dapat dibaca pada link berikut:
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/05/31/tak-berhenti-karangan-fitnah-terhadap-jokowi-661580.html

Itulah kejamnya dunia online, siapapun bisa mengarang cerita apa saja, memfitnah siapa saja, tanpa ia harus menampakkan identitasnya. Artikel karangan di atas mampu menggaet 3.7k pembaca, sementara artikel yang mengklarifikasi bahwa berita tersebut bohong hanya mampu menggaet 565 pembaca saja. Masyarakat yang tingkat literasi media-nya sudah tinggi, tentu tidak akan menggubris tulisan yang tak diketahui penulisnya (anonim), namun masyarakat kita justeru tidak peduli apakah yang menulis riil atau tidak, yang penting isinya sesuai dengan keinginan mereka. Mental yang seperti inilah yang menyebabkan tumbuh suburnya situs yang tidak bertanggung jawab seperti VOA-ISLAM, PKS-PIYUNGAN, dan sebagainya. Kenapa mereka bisa eksis, karena pembaca dan peminatnya banyak.

Walaupun terbukti bohong, tapi bagi orang-orang yang senang rumor, berita ini menarik dan bahkan mereka ikut menyebarkannya. Dan ini bukan dilakukan oleh perserorangan saja, tapi juga oleh situs-situs yang hobinya menyebarkan rumor. Tak mengherankan jika artikel “hoax” kompasiana di atas dimuat di situs PKS-PIYUNGAN, sbb.:

[caption id="attachment_331503" align="aligncenter" width="384" caption="Berita Karangan atau "]

1404140718998603838
1404140718998603838
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun