Mohon tunggu...
simaulss
simaulss Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat Lintas Ruang

Bercakap, Berjabat, Beramal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gempita Neo-Sufisme

15 Juni 2019   13:34 Diperbarui: 15 Juni 2019   13:51 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://tirto.id/ 

Segala hal yang dimiliki ternyata masih belum cukup dirasa untuk mengisi kekosongan batin. Mereka semakin terdesak oleh hiruk pikuk kehidupan. Modernitas hidup yang tidak seimbang, raga mendominasi jiwa, telah mematahkan banyak aspek mapan, telah menyebabkan manusia kehilangan makna hidup. Limpahan materi, ekonomi yang cukup, ternyata tidak juga menggiring manusia menemukan kepuasan yang utuh.

Pada akhirnya, sampailah manusia pada titik jenuh, titik kesadaran di persimpangan kegelisahan atas imbas modernitas yang menggurita dan kelimpungan mencari alternatif yang dapat mengatasi kerisauan tersebut. Mereka tidak lagi memburu kepuasan lahir, akan tetapi mereka mencari ruang yang dapat mengisi kehampaan batin, sebuah jalan pencarian yang mengajarkan mereka cara dan arah hidup yang sesungguhnya. Mereka merindui agama, yang diyakini relung jawaban perasaan-perasaan itu. Mereka memilih agama untuk mengatasi penyakit-penyakit itu.

Berkaitan dengan itu, fenomena apa yang dapat kita cermati dewasa ini, yang tengah melanda Muslim di Indonesia? Barangkali, satu dekade terakhir, bangsa Indonesia memperlihatkan fenomena demikian, masifikasi teknologi informasi yang membantu kita menelusurinya. Tren keagamaan Muslim di Indonesia, khususnya urban society, setiap tahun mengalami transformasi ke arah gairah spiritiualitas. Meminjam klasifikasi Clifforth Geertz, perubahan itu beralih dari abangan menjadi santri, dari minim kesalihan menuju prioritas ketuhanan, dari abai beragama, hari ini, Muslim di Indonesia telah menjunjung dan mengoreksi aspek kebahagiaan ruhaninya.

Pandangan tentang kehidupan di kota yang identik dengan materialis, individualis, bangunan menjulang dan peralatan modern kini mulai butuh pemaknaan baru. Argumentasi yang sering menyebutkan kehidupan beragama di kota minim, seturut dengan pendapat August Comte yang menyebutkan masyarakat terdidik di kota akan semakin meninggalkan urusan teologis, perlahan-lahan mulai terbantahkan. Perisitiwa ini semakin membuktikan apa yang berbagai literatur sebut sebagai gelombang neo-Sufisme.

Neo-Sufisme dirintis oleh cendekiawan Fazlur Rahman. Namun, berdasar penelitian Robert Pringle istilah neo-Sufisme di Indonesia mulai gencar dibukukan pada tahun '70-an. Istilah tersebut mengacu pada gelombang spiritualitas masyarakat kota, sebuah gejala kebangkitan semangat keagamaan dari masyarakat kota.

Dinamika masyarakat yang berkelanjutan di daerah perkotaan, yang diakibatkan oleh arus sentralistik di kota, menggiring masyarakat kota menerima nilai-nilai baru dan bahkan mulai meninggalkan nilai lama. Tindakan peralihan itu ditandai dengan semakin maraknya nilai tersebut dijalankan. Futurolog John Naisbitt dalam Millenium 2000 meramalkan hal itu, yakni masyarakat pasca industri yang menempatkan kembali agama sebagai alat interpretasi hidup. Gerakan revivalisme ini muncul setelah adanya kebuntuan persoalan yang tidak dapat dijawab oleh selain jawaban keagamaan.

Sekarang ini, kita menyaksikan di kota-kota, parkiran mesjid terisi penuh oleh mobil-mobil, tidak jarang kajian di dalam mesjid diisi penuh oleh jamaah. Kita juga melihat perubahan lifestyle pakaian yang identik dengan syariat, seperti pemakaian hijab, gamis, koko, lengkap dengan brand ternama, bahkan telah muncul berbagai modisnya.

Selain itu, kita juga dapat mengamati pembicaraan masyarakat yang mengaitkan Islam ke berbagai aspek kehidupan. Satu garis besarnya, bahwa Muslim di Indonesia, khususnya di perkotaan, yang mendapatkan akses informasi luas, tengah dilanda neo-sufisme. Masyarakat kota yang dipandang mapan, terdidik, dan individualis, mulai berubah. Kajian Musawarah, sebuah komunitas yang menghimpun para selebriti yang mendambakan penguatan spiritualitas, kajian keagamaan di hotel-hotel, komersialisasi travel haji dan umroh, adalah sederet bentuk neo-sufisme yang dicirkan elitis. Mereka, yang berkecukapan materiil, tidak begitu saja meninggalkan kemewahan hidup, akan tetapi menyandingkannya dengan penguatan ruhani.

Politik, ekonomi, figur, teknologi hingga budaya kerap menjadi motif dari keadaan neo-sufisme ini. Politik, baik yang bersifat praktis maupun tidak, menggiring pemahaman masyarakat akan pentingnya kekuasaan dikendalikan oleh agama, ekonomi ialah dalang finansialnya, figur seperti dai yang diidolakan, dimuluskan oleh teknologi dengan memanfaatkan peran internet telah membentuk sebuah tatanan yang baru, sebuah nilai yang menawarkan alternatif dari kengerian modernisasi, yang pada akhirnya melekat di kehidupan masyarakat.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa agama akan mengarahkan manusia bertindak yang ideal, harmonis dengan kehidupan. Turut pula digambarkan bahwa Muslim di Indonesia, khususnya warga kota, tengah kembali menggandrungi kehidupan beragama. Lantas apa yang dapat dimaksimalkan?

Sebagai orang yang meyakini monoteisme dan ajarannya, kita memahami bahwa gelombang ini tidak cukup hanya sekadar menyatu, berkumpul, menghimpun kesatuan visi, akan tetapi, gelombang ini harus juga bisa merealisasikan nilai-nilai ajarannya, meminjam istiliah Syafii Maarif, memimpin peradaban dunia, nilai-nilai yang mampu membuat kehidupan manusia berjalan seimbang, beradab, dan penuh keteladanan. Ekonomi Syariah adalah salah satu contoh nilai tersebut telah diimplementasikan oleh bangsa-bangsa di dunia. Tentu saja, misi ini dibingkai dengan kaidah Sunnatut Tadaruj, ketentuan agama yang bertahap agar tidak gegabah dan sembrono.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun