Mohon tunggu...
Muhammad Anis
Muhammad Anis Mohon Tunggu... Dosen - Ilmu adalah Harta Teragung {Sayidina Ali bin Abi Thalib}

Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Karbala: Tragedi dan Revolusi

8 Oktober 2020   11:18 Diperbarui: 12 Oktober 2020   13:53 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berdasarkan fakta sejarah, tampaknya di dunia ini tak satu pun tragedi---meskipun telah terjadi berabad-abad lalu---yang begitu berpengaruh dan membekas di benak umat manusia, seakan baru saja terjadi. Kecuali, tragedi kesyahidan Imam Husein di Karbala. Tragedi ini setiap tahunnya seakan terus membaru dan pengaruhnya semakin mendalam. Sebuah tragedi yang bukan hanya layak untuk diratapi, melainkan juga untuk diresapi. Imam Husein menyambut kesyahidannya dengan tulus dan bangga, "Jika kematianku adalah tumbal bagi tegaknya agama Muhammad, wahai pedang-pedang ambillah aku!"

Revolusi Imam Husein tidak dilakukan asal-asalan. Imam telah merencanakan secara matang. Salah satu strategi beliau adalah membawa istri, anak-anak, dan seluruh keluarganya ke Karbala. Strategi ini memastikan bahwa pasca kesyahidannya, pesannya akan tersebar melalui keluarganya. Sehingga, Yazid tidak akan bisa menyangkal motif perlawanan Imam Husein. Sejarah membuktikan bahwa ini merupakan langkah brilian.

Saudarinya, Sayidah Zainab, melalui khutbah-khutbah heroiknya telah membongkar kepalsuan Yazid. Ia tak mampu berkelit dan benar-benar terhina di hadapan Zainab. Orang-orang terkemuka, baik domestik maupun asing, dan para pendukung Yazid yang saat itu hadir di istana sangat terkejut dengan kefasihan Zainab dalam mengungkap kebenaran, dan bahkan banyak yang tak kuasa menahan air mata. Hal yang sama juga diulangi beliau di pasar-pasar dan setiap tempat yang disinggahi selama perjalanan sebagai tawanan.

Kesabaran dan ketabahan Zainab dalam tragedi Karbala memang tiada tara. Hanya dalam hitungan jam beliau harus menyaksikan saudara-saudara, keponakan-keponakan, dan putra-putranya dibantai di depan mata. Perempuan agung ini bukan hanya menyadarkan umat akan misi perjuangan Imam Husein, melainkan juga memperdalamnya dengan sentuhan emosi keagamaan yang membuat kalbu setiap insan berakal menjadi luluh dan tersadarkan.

Salah satu khutbah Sayidah Zainab yang terkenal adalah ketika beliau dan para tawanan lainnya diarak ke kota Kufah. Saat itu beliau menyaksikan penguasa dan warga kota tersebut tengah merayakan pesta kemenangan. Beliau lalu menyampaikan khutbahnya dengan kefasihan dan wawasan yang tajam. Berikut ini sedikit kutipannya:

"Wahai penduduk Kufah, celaka kalian. Ketahuilah bahwa hati Rasulullah yang telah kalian potong, puteri beliau yang telah kalian arak, darah beliau yang telah kalian tumpahkan, dan kehormatan beliau yang telah kalian nodai. Kalian telah mendatangkan bencana besar dan keburukan agung, yang menyesaki bumi dan langit. Lalu, kenapa kalian heran saat hujan darah turun dari langit? Ingatlah, azab akhirat lebih pedih. Dan, pada saat itu tidak seorang pun akan menolong kalian."

Terkait fenomena hujan darah yang tersebut di dalam khutbah di atas, banyak riwayat yang merekam peristiwa itu. Di antaranya, Ibn Hajar al-Haitami dalam kitabnya "Al-Shawa'iq al-Muhriqah" (hal. 533 dan 535) memberitakan, "Ketika Al-Husein terbunuh, hujan darah turun dari langit. Tanah lapang dan lembah dipenuhi darah. Dan, pada hari itu di Syam dan di mana saja, setiap batu yang dibalik didapati darah segar di bawahnya. Langit pun berubah menjadi merah, yang belum pernah dilihat sebelumnya."

Suyuthi dalam kitabnya "Tarikh al-Khulafa" (hal. 166) juga meriwayatkan, "Ketika Al-Husein terbunuh, selama tujuh hari dunia diselimuti warna merah, disebabkan matahari menjadi merah. Bahkan ufuk langit tetap memerah selama enam bulan. Setelahnya pun langit masih tetap merah. Warna merah yang belum pernah dilihat sebelumnya. Dan, pada hari itu di Baitul Maqdis (Palestina), setiap batu yang dibalik didapati darah segar di bawahnya."

Senada dengan itu pula, fenomena hujan darah tersebut juga terekam dalam buku "The Anglo-Saxon Chronicle" (TASC). Buku ini awalnya disusun atas perintah Raja Alfred pada tahun 890 M. Setelah itu, buku ini terus mengalami pemutakhiran dari generasi ke generasi, sampai pertengahan abad ke-12 M. 

Buku ini memuat peristiwa-peristiwa bersejarah bangsa Inggris sejak masa Yesus Kristus (Nabi Isa). Dalam buku ini disebutkan bahwa pada tahun 685 M, atau kurang lebih di sekitaran tahun 60/61 H (tahun terjadinya peristiwa Karbala), di Inggris telah terjadi hujan darah, bahkan susu dan mentega juga berubah menjadi darah (TASC, hal. 24, cetakan 1961).

Mengapa bisa terjadi hujan darah, secara teologis ini merupakan mukjizat Imam Husein. Pengorbanan besar beliau telah memicu kesedihan yang teramat dalam bagi alam semesta, sehingga Allah berkehendak mendeskripsikannya dalam bentuk hujan darah. Selain itu, dalam pandangan Ibn Jauzi, langit yang berubah menjadi merah juga mewakili murka Allah atas kejahatan luar biasa yang menimpa Imam Husein (Al-Shawa'iq al-Muhriqah, hal. 535).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun