Sepercik darah terlihat mulai mulai menetes dari pergelangan Puput yang hampir tak dapat menahan emosinya sehingga pisau itu bergetar di tangannya. Dan karena memang pisau itu cukup tajam menggores bagian putih dari pergelangan tangannya yang menjawab dengan rekahan lembut yang mengalirkan darah perlahan keluar bagaikan bibir yang tersenyum sadis.
Gadis itu yang tadinya terhenyak ketakutan di pinggir meja segera mendatangi Puput dan bersimpuh di kakinya yang satu. Terbata-bata dia berujar,"Maaf Mbak, saya khilaf......" Sembari menangis ketakutan berlinang air matanya melihat perut Puput yang sepertinya ikut bergejolak bayi didalamnya merasakan ketegangan di ruangan itu.Â
Mata Puput nyalang menatap tajam ke mata gadis itu. Hampir saja ditebas leher gadis itu dengan pisau di tangan kanannya. Namun sesuatu didalam rahimnya sepertinya menahannya. 'Jangan....' suaranya lembut dan menenangkan membuat Puput sejenak kembali kesadarannya dan mengurungkan niat spontannya untuk menebas leher gadis itu.Â
Sementara itu suaminya hanya diam mematung tidak berbuat ataupun berkata apa-apa. Bagaikan es yayng beku dengan kengerian di siang bolong yang tiba-tiba menghunjamnya bagai belati masuk dengan tekak menuju jantungnya.
Puput dengan air mata yang perlahan menetes dari ujung kedua matanya dengan teriakan dan umpatan keras ,'Anjing Kau!!!' Dan menancapkan pisaunya ke meja kayu lebar yang tadinya menjadi tumpuan satu kakinya. Mata suaminya terbelalak ngeri menyaksikan pisau itu masih bergoyang di meja kerjanya, sementara Puput berjalan keluar dengan cepat dan segera masuk ke mobilnya dan pergi.
(bersambung.....)