Mohon tunggu...
matthew newman
matthew newman Mohon Tunggu... Arsitek - Arsitek

Saya seorang arsitek yang memiliki hobi menulis, fotografi, travelling dan juga dunia psikologi. Untuk kesehatan saya dulu berolahraga martial art tetapi sekarang lebih banyak menekuni yoga. Sebuah kehormatan sekaligus kesenangan bisa berbagi cerita, imajinasi, pemikiran dan pendapat di sini bersama rekan-rekan yang lain. Terima kasih, mari saling berbagi kasih serta cerita yang membangun dan membawa kedewasaan berpikir dan berjiwa besar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

OMMNG (Bukan OMG)

1 Agustus 2021   11:02 Diperbarui: 1 Agustus 2021   12:21 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
JENDELA HATI (foto koleksi penulis)

Sepercik darah terlihat mulai mulai menetes dari pergelangan Puput yang hampir tak dapat menahan emosinya sehingga pisau itu bergetar di tangannya. Dan karena memang pisau itu cukup tajam menggores bagian putih dari pergelangan tangannya yang menjawab dengan rekahan lembut yang mengalirkan darah perlahan keluar bagaikan bibir yang tersenyum sadis.

Gadis itu yang tadinya terhenyak ketakutan di pinggir meja segera mendatangi Puput dan bersimpuh di kakinya yang satu. Terbata-bata dia berujar,"Maaf Mbak, saya khilaf......" Sembari menangis ketakutan berlinang air matanya melihat perut Puput yang sepertinya ikut bergejolak bayi didalamnya merasakan ketegangan di ruangan itu. 

Mata Puput nyalang menatap tajam ke mata gadis itu. Hampir saja ditebas leher gadis itu dengan pisau di tangan kanannya. Namun sesuatu didalam rahimnya sepertinya menahannya. 'Jangan....' suaranya lembut dan menenangkan membuat Puput sejenak kembali kesadarannya dan mengurungkan niat spontannya untuk menebas leher gadis itu. 

Sementara itu suaminya hanya diam mematung tidak berbuat ataupun berkata apa-apa. Bagaikan es yayng beku dengan kengerian di siang bolong yang tiba-tiba menghunjamnya bagai belati masuk dengan tekak menuju jantungnya.

Puput dengan air mata yang perlahan menetes dari ujung kedua matanya dengan teriakan dan umpatan keras ,'Anjing Kau!!!' Dan menancapkan pisaunya ke meja kayu lebar yang tadinya menjadi tumpuan satu kakinya. Mata suaminya terbelalak ngeri menyaksikan pisau itu masih bergoyang di meja kerjanya, sementara Puput berjalan keluar dengan cepat dan segera masuk ke mobilnya dan pergi.

(bersambung.....)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun