Mohon tunggu...
Mateus Hubertus Bheri
Mateus Hubertus Bheri Mohon Tunggu... Penulis - Menulis Itu Seni

Sastra

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pancasila adalah Bintang Penuntun dan Spirit Membangun Bangsa

15 Februari 2020   13:06 Diperbarui: 15 Februari 2020   22:05 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Parade Kebangsaan 1 Juni 2019 di Kabupaten Ende-NTT

Kata membangun berasal dari kata dasar"bangun" yang artinya berpindah, tidak berdiri pada satu tempat, ataupun berubah posisi. Bilamana ditambah dengan imbuhan me-, kalau disatukan menjadi membangun bisa menimbulkan perubahan makna dari kata yang sebenarnya. 

Membangun memiliki arti " mengubah sesuatu dari yang lama menjadi baru". Bisa juga kata"membangun" mengandung arti menjadikan sesuatu hal menjadi baru sehingga agak berbeda dari sebelumnya.

Dari sekian defenisi kata "bangun" dan "membangun" teryata memiliki frasa yang sama yaitu "ubah dari bentuk lama kebentuk baru". Dan sepertinya kedua kata ini sama-sama menginginkan sebuah perubahan.

Didalam membangun sebuah bangsa, perlu adanya konsep pembangunan bangsa yang baik dan benar. Sehingga esensi dari kata "bangun" dan "membangun" dapat terwujud dan terealisasi secara baik. Yang tentunya konsep membangun yang baik dan benar itu bukan asal-asalan, instan, ataupun yang penting jadi.

Konsep membangun bangsa yang baik dan benar itu haruslah dimulai dengan sebuah perencanaan yang matang. Agar output dari kata "membangun" berdampak bagi kepentingan dan kesejahteraan banyak orang.

Membangun bangsa, itu artinya menyelesaikan persoalan bangsa yang begitu kompleks dan ruwet menuju sebuah bangsa yang lebih maju. Dan dalam "membangun bangsa", nilai moral, etika, kemanusian,  rasa memiliki sesama anak bangsa, dan prinsip mengedepankan kepentingan umum harus tertanam dalam jiwa anak-anak bangsa.

Kepincangan, ketimpangan yang terjadi direpublik ini menjadi tamparan keras nagi anak-anak bangsa dalam "membangun bangsa". Gep antara si kaya dan si miskin, yang punya kuasa dan rakyat jelata, semakin melebar. 

Ironinya semakin melebarnya geb tersebut kemudian berdampak pada penindasan dan adanya diskriminasi terhadap yang lemah. Rakyat kecil yang tidak berdosa kemudian menjadi korban dari sistem bentukan Negara sendiri.

Rentetan peristiwa berdarah bahkan rakyat yang tidak berdosa, harus kehilangan nyawanya demi mempertahan hidup dan memperjuangkan keadilan. 

Adanya kelompok intoleransi, radikalisme atas nama agama, dan masih banyak kasus lainya, baik yang bersifat laten, maupun manifes yang belum, akan, dan sementra diselesaikan.

Kita juga tidak menghitung berapa kasus hukum yang direkayasa dan hilang tanpa jejak. Kita juga tidak pernah menghitung berapa jumlah korban TKI Ilegal ataupun Legal yang dihukum, dianiaya oleh majikan, bahkan dikirim sudah tak bernyawa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun