Mohon tunggu...
Mateus Hubertus Bheri
Mateus Hubertus Bheri Mohon Tunggu... Penulis - Menulis Itu Seni

Sastra

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendengar Itu sama Halnya Kita Membaca Dua Kali

7 Februari 2020   22:52 Diperbarui: 9 Februari 2020   00:51 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebih mudah bagi kita untuk lebih berbicara banyak ketimbang mendengar apa yang dikatakan oleh orang lain pada diri kita. Dalam benak, kita selalu berkata bahwa  mendengar itu pekerjaan yang membosankan seperti menunggu.

Bahkan hampir setiap orang memanfaatkan setiap momen agar disposisikan sebagai pembicara ataupun narasumber agar terlihat keren. Beda sama orang yang betul tulus untuk berbagi agar apa yang dibagikan itu menjadi sumber pengetahuan bagi orang lain.

Ya, itulah hakekat manusia, lebih suka berbicara banyak ketimbang mendengarkan. Syukur, kalau apa yang dibicarakan itu mengandung makna dan pengetahuan bagi sipendengar. 

Dalam ilmu komunikasi, orang yang menyampaikan pesan (pembicara) disebut komunikator. Sedang penerima pesan (pendengar) disebut komunikan. Sehingga antara komunikator dan komunikan, bilamana menginformasikan isi pesan secara berantai, harus sama-sama mendengar.

Sebenarnya menjadi pendengar itu pekerjaan yang mudah dan tidak terlalu berat untuk dikerjakan. Kalau dibandingkan dengan berbicara, yang menguras energi kita begitu banyak.

Namun pertanyaannya, mengapa orang lebih suka berbicara ketimbang mendengar?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, penulis mencoba mengajukan pertanyaan lainnya sebagai penghantar untuk menjawab pertanyaan diatas. Mengapa Tuhan menciptakan telinga pada manusia itu dua yaitu sebalah kiri dan kanan, sedangkan mulut cuman satu?

Secara akal pikiran, tentunya setiap kita mampu menjawab dengan berbagai cabang ilmu yang kita pelajari masing-masing. Bahkan pertanyaan tersebut seharusnya yang bisa menjawab adalah sipemilik atau empu dari yang menciptakan organ tubuh manusia yaitu Tuhan sendiri.

Berdasarkan analisa penulis, Tuhan menciptakan satu mulut dan dua telinga pada manusia agar manusia lebih banyak mendengarkan dua kali ketimbang berbicara. Artinya porsi manusia untuk berbicara cuman sekali, selebihnya ia harus lebih banyak mendengarkan.

Diera demokrasi dewasa ini, dimana setiap orang diberi ruang dan kesempatan yang sama untuk beribacara dan berpendapat akan menjadi kesulitan bagi manusia untuk lebih banyak mendengarkan. 

Inilah kemudian jawaban atas pertanyaan kedua akan sulit dipraktekan oleh manusia. Karena terlalu banyak berdiam diri dan mendengar dibilang pendiam, sok alim, dan bahkan apatis.

Lalu apa untungnya berbicara banyak ketimbang mendengar?. Berdasarkan observasi penulis, banyak orang belajar ilmu publik speaking dan mengikuti kursus hanya untuk bisa berbicara dihadapan orang banyak.

Katanya, orang yang pandai berbicara itu terlihat seni dan bahkan dinilai cerdas. Ukuran bagi mereka, orang yang cerdas adalah orang yang pandai berbicara. Misalnya, orator hebat, pendakwa, penceramah, pengkotba dan lain sebagainya.

Ada juga yang mengatakan bahwa, orang pandai merangkai kata dalam berpendapat, itu banyak disukai dan dikagumi oleh pendengar, selain itu tuntutan dalam pekerjaan tertentu yang membutuhkan orang sebagai mediator yang tentunya harus fasih berbicara.

Dari sekian ulasan di atas telah menjawab pertanyaan di atas. Ternyata kebanyakan orang suka berbicara banyak demi tuntutan pekerjaan, terlihat keren, dan juga ingin terlihat pintar dan cerdas. Walaupun jawaban itu dilakuakan lewat penelitian secara ilmia.

Mestinya kita juga mengajukan pertanyaan, bagaimana dengan kelebihan dari mendengarkan?

Dalam judul di atas, dituliskan "mendengar  itu sama halnya membaca dua kali". Memang orang selalu menilai bahwa mendengar itu pekerjaan yang sangat membosankan.

Membosankan karena kita harus duduk berja-jam untuk mendengarkan pembicaraan orang lain yang membuat pantat menjadi kesemutan. Disisi lain, mendengar juga akan berdampak pada kesehatan tubuh, karena terlalu lama duduk bisa menimbul penyakit.

Kemudian apa untungnya sehingga kita dituntut untuk lebih banyak mendengarkan. Ternyata inilah keuntungan bagi kita apabila kita lebih banyak mendengar.

Orang suka banyak mendengar, pemikiran akan lebih tajam ketimbang lebih banyak berbicara. Karena dengar mendengar, memori otaknya akan terfokus pada isi pesan yang disampaikan oleh pembicara. Dengan mendengar pula, seseorang itu akan dibentuk mentalnya untuk menghargai pendapat orang lain.

Keunggulan lain dari mendengarkan adalah, Ia menyerap informasi terbaru sebagai ilmu pengetahuan baginya. Malahan ilmu pengetahuan yang belum dibaca, dengan mendengar, sama halnya ia sudah pernah membaca. Dan lebih pentingnya adalah pasti banyak disukai oleh orang banyak, walaupun terkesan menjadi sosok yang misterius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun