Meski kerap digadang-gadang menjadi panglima umat muslim, kelakuan Prabowo Subiyanto ternyata juga tak sepenuhnya islami. Terbukti, Ia masih kerap percaya pada takhayul dan barang-barang pusaka yang dinilainya memiliki kekuatan gaib.
Perbuatan mendekati syirik itu, misalnya, tampak ketika Ketum Gerindra yang juga bakal capres 2019 itu menghadiahi eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santosodi sebuah keris emas di hari ulang tahunnya. Ia menyatakan bahwa dengan keris miliknya itu, Djoko bisa menjadi seorang ksatria dan panglima di meda perang.
Pemberian keris emas kepada ketua tim sukses Prabowo-Sandi ini bisa dilihat dari beberapa sisi. Sebab keris adalah sebuah simbol senjata khas Jawa untuk para raja dan bangsawan.
Dengan konteks politik yang tak berapa lama lagi akan Pilpres, Prabowo sepertinya telah menyiapkan senjata keris untuk panglimanya itu. Keris tersebut akan digunakan sebagai pusaka untuk menghadapi ajang tikam-tikaman dalam Pemilu mendatang.
Hal ini menyimbolkan bahwa Prabowo-Sandi akan membawa pertarungan Pilpres sebagai ajang perperangan yang berdarah-darah. Ia tak akan segan-segan untuk menusuk lawan atau temannya sendiri dengan keris dari panglimanya itu. Mengingat ini adalah Pilpres terakhir baginya, maka dia tak segan untuk membunuh siapapun.
Karakter yang keras, tak takut membunuh, tak ragu menculik itu ternyata juga selaras dengan jiwanya yang tak mau tunduk kepada titah Sang Pencipta. Terbukti, dia lebih percaya kepada barang-barang mistik seperti itu dibandingkan kepada Tuhan YME.
Dalam Islam, mereka yang lebih percaya pada benda pusaka dibandingkan kepada Allah SWT disebut sebagai musyrik, dan perbuatannya disebut sebagai syirik. Mereka itu lebih yakin kepada benda buatan manusia, dibandingkan kekuatan Tuhan YME. Oleh karenanya, perbuatan menyekutukan Tuhan ini sebagai dosa yang tak akan pernah terampuni.
Pemberian keris emas kepada Djoko Santoso sebagai panglima timses Prabowo-Sandi menjadi simbol bahwa mereka percaya dan bergantung kepada kekuatan benda mistik itu. Hal itu terlihat dari klaim adanya kesaktian dari keris tersebut.
Tentu saja, laku Prabowo ini menjadi bukti bahwa dirinya tidak mencerminkan Islam yang sejati. Sebab, seharusnya dia sebagai muslim menjauhi hal-hal yang mengarah kepada perbuatan musrik tersebut.
Ini menjadi ironi bagi panglima umat Islam versi FPI, PA 212, dan kelompok garis keras lainnya. Ketika mereka telah menyematkan gelar tersebut kepadanya, ternyata sang junjungannya itu justru merupakan seorang yang musyrik.
Bukankah itu kecelakaan bagi keduanya? Mari kita tunggu kisah berikutnya.