Mohon tunggu...
Gilang Mahadika
Gilang Mahadika Mohon Tunggu... Penulis - Social researcher

Graduate Fellow ARI-NUS (Asia Research Institute, National University of Singapore), AGSF (Asian Graduate Students Forum) 2021| Anthropology | Interested in Southeast Asian Studies

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Impian Hidup Orang Modern

5 Mei 2020   22:27 Diperbarui: 5 Mei 2020   22:37 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekumpulan Afrika menyaksikan layar yang ada dalam telepon genggam | sumber: telecomdrive.com

Akhir-akhir ini seringkali over-stressed, gelisah, ditambah lagi sering periksa ke dokter karena penyakit kronis yang diidap, merasa pekerjaan yang dilakukan sangat membosankan, menoleh tabungan juga sedikit atau bahkan tidak ada, ditambah kredit yang harus dijalani dengan tabah hingga beberapa tahun ke depan. 

Televisi juga terkadang sengaja dinyalakan, bukan maksud ingin menonton tayangan yang ada, melainkan hanya agar tidak terasa sepi saja di rumah, sembari memainkan gadgets seolah agar ada yang menemani. 

Merasa waktu yang sangat sedikit untuk berlibur karena tuntutan karir, ditambah weekends yang selalu diisi dengan hiburan yang seringkali tidak menghibur juga.

Hal seperti ini sangatlah umum dialami oleh orang modern saat ini, dan hal itu dianggap wajar saja, tidak ada masalah, dan artinya kita telah berhasil menggapai impian kita menjadi kenyataan. 

Segala kerja keras dari patuh terhadap jenjang pendidikan bertahun-tahun semua terbayarkan. Namun, terkadang, yang jadi masalah adalah kita tidak merasa diri kita sehat atau bahagia. 

Padahal sudah diberkahi dengan kelimpahan materi, namun tetap merasa takut dan tidak bahagia, seperti ada sesuatu yang kurang apabila belum membeli barang baru. Barangkali, gaya hidup lah yang menguras kehidupan dan energimu. Terkadang gaya hidup juga dapat membunuhmu menjadi manusia yang hidup tak bernyawa, sulit untuk benar-benar merasakan hidup dan berakhir kesepian.

Seolah-olah gaya hidup memenjarakan, memaksakan kita untuk terus-menerus secara konstan mencari barang-barang, produk-produk yang indah, memandang billboard iklan yang rasanya ingin membeli produknya, lalu pergi ke mall bersama orang-orang yang sepemikiran dengan kita. Segala hal ini adalah tujuan akhir yang kita inginkan bukan? 

Menjadi impian bagi orang modern seperti kita ini, hingga definisi sukses bagi budaya kita sekarang---memeroleh gelar pendidikan, dapat pekerjaan layak, memiliki keluarga yang sejahtera, konsumerisme, dan tentunya hingar-bingar penggunaan kredit.

Pada awalnya, kalo dilihat kita memang berharap dan berusaha agar memeroleh nilai yang bagus agar diterima oleh universitas yang cukup mahal, sehingga dapat memeroleh karir pekerjaan yang sangat baik, di mana pada akhirnya hidup bahagia. 

Itu yang ingin menjadi tujuan kita, tapi tetap merasa seperti ada yang kurang apabila belum mengikuti trend saat ini, entah membeli barang yang menjadi perbincangan saat ini, mengikuti gaya hidup nongkrong di kedai kopi bintang satu sampai lima. Kita baru merasa hidup apabila telah mengkonsumsi barang tertentu. Apa benar jadinya statement, "aku belanja, maka aku ada."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun