Gen Z besar dengan kultur berbeda. Mereka lahir di tengah-tengah derasnya arus informasi. Merujuk pada fase perkembangan teknologi, maka Gen Z berada pada fase kedua, yaitu fase Organizing (1995-2015).
Di fase kedua ini, smartphone canggih muncul ke permukaan. Pola asuh orang tua perlahan berubah ke arah teknologi. Gen Z besar dengan pendekatan teknologi. Kosakata yang mereka kuasai mempengaruhi cara bertutur kata dan interaksi sosial.
Apakah benar interview kerja gen z buruk?
Sebelum menjawab pertanyaan ini, mari sekilas menyelami pola hidup Gen Z. Secara umum Gen Z dibesarkan dalam lingkup teknologi. Mereka condong menghabiskan waktu lebih banyak di depan smartphone ketimbang bersosialisasi di luar.
Tidak mengherankan jika pola komunikasi yang dibangun jauh berbeda dari kebanyakan generasi sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh sosial media dan peran emoji dalam percakapan sehari-hari.
Krisis Komunikasi
Komunikasi ala Gen Z jauh lebih singkat dan to the point. Pola komunikasi seperti ini merubah struktur otak dan gaya berbahasa. Ketika dihadapkan pada komunikasi langsung, mereka tidak bertahan lama.
Jadi, krisis komunikasi di kebanyakan Gen Z disebabkan pola komunikasi singkat yang mereka bentuk sesama teman. Makanya, kemampuan verbal Gen Z dipandang buruk oleh generasi sebelumnya.Â
Digital natives adalah sebutan akrab bagi Gen Z. Jumlah waktu yang mereka habiskan di depan layar ponsel membentuk satu kepribadian unik. Tidak semua Gen Z mengalami krisis komunikasi. Sebagian kecil mampu bersosialisasi dan lancar berinteraksi.
Sebagai seorang pengajar, hampir mayoritas siswa yang saya ajarkan berlatar belakang Gen Z. Setidaknya saya mendapat gambaran tentang kepribadian dan cara mereka berkomunikasi.
Saya tidak menafikan jika kemampuan komunikasi Gen Z lemah. Walaupun secara intelektual hampir rata-rata Gen Z unggul, namun ketika memaparkan ide secara verbal mereka tertinggal di belakang.