Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Pemerhati pendidikan dan bahasa asing

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Book Cafes, Adaptasi Budaya Literasi dan Transformasi Wajah Toko Buku

6 April 2025   15:59 Diperbarui: 6 April 2025   16:08 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Literasi dalam segelas kopi|freepik.com

Warung kopi (warkop) telah lama menjadi ruang diskusi bagi masyarakat Aceh. Arus informasi berpindah haluan melalui gelas-gelas kopi sambil bercengkrama antar sesama.

Di suatu waktu beberapa tahun silam, saya terlibat diskusi dengan seorang peneliti asal Australia. Menurutnya, momen kebersamaan antar masyarakat Indonesia menjadi wadah bertukarnya informasi antar generasi.

Berbagai macam informasi mengalir dari satu generasi ke generasi lain. Silsilah keluarga, resep masakan, sampai obat-obatan herbal diwarisi melalui perbincangan ringan.

Budaya kolektif begitu kuat mengakar di kehidupan mayoritas masyarakat Indonesia. Tolong menolong antar sesama membuka ruang berkumpulnya bahasa, budaya, dan nilai-nilai agama.  

Literasi dalam Segelas Kopi

Tsunami membawa dampak besar bagi masyarakat Aceh. Warkop tumbuh subur di area perkotaan. Kafe dengan konsep minimalis berjejer di sudut-sudut jalan kota.

Perputaran uang dalam ribuan gelas kopi mampu menghidupkan lokomotif perekonomian masyarakat. Selain sisi positif, dampak negatif muncul pada siswa sekolah usia remaja yang aktif berkumpul di sejumlah warkop memanfaatkan fasilitas internet gratis (wifi). 

Jika orang dewasa lumrah berkumpul membahas isu-isu terkini dalam balutan secangkir kopi, para remaja disibukkan oleh smartphone di tangan masing-masing. 

Arah perbincangan pun acapkali tidak menentu. Mereka hanya sekedar membahas permainan. Pembahasan tentang buku apa yang telah mereka baca hampir tidak bergema sama sekali. 

Ruang publik semestinya dijadikan tempat diskusi. Arus informasi mesti mengalir lebih deras menyentuh akar literasi. Maka, anak usia remaja harus tergerak membaca buku, lalu berdiskusi bersama sambil bertukar pikiran.

Alih-alih menghabiskan waktu untuk hal yang sia-sia, mereka dapat mengasah daya pikir melalui obrolan berbasis buku. Konsep bernalar terbentuk dengan saling mengadu argumen.

Sistem belajar di sekolah masih berkutat pada kebiasaan yang sama. Siswa hadir untuk mencatat informasi yang diberikan guru. Ruang diskusi belum terbuka dan minat baca siswa berada di level bawah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun