Sebagaimana biasanya, saya mengawali hari dengan berlari pagi. Jarak yang saya tempuh hari ini adalah 3.3 KM. Saya sudah memasuki fase minggu kedua dari total 14 minggu latihan lari.
Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar dan semangat untuk lari pagi masih terjaga. Memasuki hari keenam, pola lari berubah menjadi 1:1.5, yaitu satu menit berjalan dan 1.5 menit berlari. Tujuannya untuk membangun keseimbangan saat lari sekaligus melatih endurance, sebagaimana yang saya tuliskan sehari sebelumnya.
Untuk menjaga stamina maksimal, tubuh kita membutuhkan aliran darah yang lancar. Aktifitas berjalan, berlari, dan segala macam olah raga umumnya membuat jantung memompa darah dengan baik, sehingga darah tersalurkan secara merat ke seluruh tubuh.
Nah, saat kita sedikit bergerak atau condong duduk lama, maka jantung tidak terpacu untuk menyuplai darah dengan baik. Akibatnya, lama kelamaan, ada area tubuh yang tidak dialiri darah dengan maksimal.
Darah juga berfungsi untuk menyuplai oksigen ke tubuh kita. Oleh karena itu, terlalu banyak tidur juga bisa berbahaya bagi tubuh. Sedikit saja darah tersumbat pada area otak, ini bisa mengakibatkan stroke.
Cara mudah untuk mengetahui lancar tidaknya darah mengalir adalah dengan memperhatikan gejala pada tubuh. Misalnya, jika sering kesemutan di tangan atau kebas di kaki saat duduk, maka ini pertanda darah tidak lancar mengalir.
Apalagi, jika sangat sering mengalami kesemutan dalam waktu lama, maka sebaiknya tidak dianggap spele. Segeralah memperbanyak gerak dengan aktif berjalan setiap harinya.
Pola makan yang tidak baik juga bisa memperparah keadaan. Saat tubuh jarang bergerak, lalu ditimpa dengan makanan yang berkolestrol tinggi, tentu ini akan menambah kerja organ tubuh.
Ibaratnya seperti memaksa motor tahun 80 an untuk bisa berjalan 80 km/jam, tentu saja bagian mesin akan mengalami kerusakan jika terus dipaksakan.
Tubuh manusia memiliki sistem kerja yang kompleks. Dari saat makanan masuk ke bagian lambung sampai berakhir ke usus sebagai sumber nutrisi bakteri di dalamnya.Â