Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Metamorfosis Penggunaan Kata "Toilet"

9 Januari 2023   09:09 Diperbarui: 9 Januari 2023   11:15 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: freepik.com

Anak-anak di Amerika bisa berkata "Can I go potty?" sebagai idiom, ini bermakna ingin ke toilet. Setiap negara punya keunikan tersendiri akan penggunaan kata. Kata "potty" bisa berbeda makna antara orang Amerika dan Inggris. 

Bagi orang Inggris, "potty" bisa berkmakna slightly crazy atau sedikit gila. Kata ini dipakai sebagai sebuah slang, layaknya penggunaan idiom di Amerika.

Selain toilet, orang Inggris juga memakai kata "loo" untuk hal yang sama. Nah, bagi orang Inggris, kata "potty" bermakna sebuah mangkok yang dipakai anak-anak untuk diduduki sebagai toilet. Jika anak Amerika ke Inggris, maka akan terjadi kesalahpahaman tentunya.

Kembali ke orang Indonesia. Kata toilet bagi orang Indonesia sudah maklum digunakan sebagai tempat yag didalamnya bisa BAB, namun sering juga orang berkata "mau ke kamar kecil". 

Frasa "kamar kecil" dan "kamar belakang" digunakan sebagai pengganti kata toilet, tujuannya adalah untuk memperhalus bahasa agar tidak terdengar jorok.

Pertanyaannya, sejak kapan kata toilet digunakan di Indonesia dan apakah berasal dari serapan bahasa Inggris? jika iya, tentu saja ada perbedaan konteks penggunaan.

Di Inggris, baru setelah tahun 1850 air bisa dialirkan ke pipa-pipa yang kemudian di terhubung ke rumah-rumah. Kata bathroom sendiri baru populer  100 tahun kemudian setelah orang-orang miskin bisa mengaksesnya. Baru pada tahun 1928 kata toilet paper naik ke permukaan karena mulai dijual untuk publik.

Ketika orang Romawi datang ke Inggris, mereka membangun toilet umum yang diberi nama latrines. Uniknya, tempat buang hajat ini dibangun di atas tempat aliran air. Latrines terbuat dari kayu yang bisa diduduki 8 orang sekaligus.

Jadi, jangan membanyangkan ada sekat antar orang. Masing-masing duduk berseblahan ketika BAB. Pada masa ini, mereka masih memakai busa yang melekat pada sepotong tongkat kecil untuk membersihkan kotoran. 

Pada abad ke 17 dan 18, limbah tinja masih harus diletakkan kedalam tanah secara manual dan kemudian ada petugas kebersihan yang ditunjuk untuk mengambil limbah tersebut pada malam hari dan membuangnya ke suatu tempat yang lebih jauh dari kota.

Hanya raja-raja di Inggris yang memiliki toilet yang disebut Royal Loo pada abad ke 17. Namun, limbah tinja harus dibersihkan oleh orang yang ditunjuk, mereka dikenal dengan sebutan Groom of the Stool.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun