Saya punya kisah menarik tentang perjalanan hidup seorang teman yang layak untuk dituliskan.
Teman saya ini besar dari keluarga yang single parent, akan tetapi ia tidak menyerah dengan kerasnya hidup walau terpaksa harus mencari uang dengan caranya sendiri.
Ia bahkan sampai tiga semester pernah membayar uang spp kuliah S-2 nya dari uang hasil membuka sebuah kios kecil di sudut rumah. Uang ribuan berbalut plastik ia susun dan tanpa malu ia serahkan ke bagian akademik.
Awalnya, ia tak begitu yakin dengan profit yang bakal ia dapat dari hasil berjualan, namun karena tak ada pilihan lain ia tetap melanjutkannya.
Target pasarnya juga terbilang kecil, yaitu anak-anak pengajian yang memang setiap hari mengaji di sebuah mesjid sekitar rumahnya. Lambat laun, jumlah pembeli bertambah dari kalangan tetangga sekitar.
Dari penghasilan mingguan, ia memutarkan lagi untuk membeli jenis jajanan baru yang ramai peminatnya. Pemasukan juga bertambah hari demi hari.
Siapa sangka, dari sejumlah uang yang berhasil ia simpan akhirnya bisa dipakai untuk membiayai kuliah S2 nya sampai selesai. Tentu saja, menabung dari uang ribuan setiap harinya bukan sesuatu yang mudah dan meyakinkan.
Meskipun demikian, ketekunan dan kesabaran membuatnya sampai pada tahap ini. Semua membutuhkan proses, dari hal kecil yang spele menjadi sesuatu yang besar di kemudian hari.
Selesai kuliah S-1, ia mencoba mengadu nasib untuk bisa diterima sebagai PNS. Nasib tak memihak padanya, lima kali mencoba hasilnya nihil.Â
Pada dasarnya, ia seorang guru. Sebagai seorang guru kontrak, gajinya cuma 300 ribu/tiga bulan. Uang bensin saja harus ditanggung sendiri dan saat menerima gaji harus dipakai untuk menutup pinjaman.