Rasa malas bisa muncul karena beberapa sebab. Diantaranya kurang termotivasi, arah hidup tak jelas, atau merasa tertekan? namun, dari kesemua itu, seringnya rasa malas muncul karena kurangnya tubuh bergerak.
Tubuh yang condong menetap dan jarang bergerak menyebabkan sirkulasi darah tidak lancar. Bukan hanya itu, banyak penyakit yang bakal muncul tanpa terdeteksi.
Jika mau membandingkan generasi sekarang dan masa dahulu, ditinjau dari angka kesehatan, generasi dulu jauh lebih sehat. Satu alasan pasti, mereka sangat banyak bergerak.
Makanan sekarang dan dahulu juga jauh berbeda. Pola pertanian berubah dari polycrop menjadi monocrop. Artinya, ekpansi perkebunan sudah masuk ke ranah industri.
Populasi manusia semakin bertambah, kebutuhan akan sayur dan buah tentunya meningkat. Pertanian pola polycrop hanya sanggup menfasilitasi kebutuhan skala kecil. Muncullah pertanian ala barat, yaitu monocrop.
Kalau boleh jujur, pertanian ala monocrop menjadikan hidup tidak lagi sehat. Kenapa? karena lahan pertanian semakin luas, pemakaian pupuk buatan yang mengandung bahan kimia semakin populer.
Hasilnya memang jelas terlihat, buah bagus, besar dan sehat. Ya, itu yang memang terlihat dari luar. Namun tidak dari kaca mata ilmuan yang melihat efek samping secara jangka panjang.
Misalnya, pertanian monocrop ini menyebabkan lapisan tanah menjadi keras. Alhasil, organisme penting yang hidup pada lapisan tanah menurun drastis, daya serap air menurun, struktur tanah berubah. Padahal, sayur dan buah buahan sehat membutuhkan bantuan organisme tanah.
Akibatnya, tanaman atau buah yang dihasilkan memang banyak. Meskipun demikian, ada yang dirugikan. Tanah tidak lagi subur karena terlalu banyak pupuk buatan yang mengendap di tanah. Ini juga berefek pada lapisan atmosfir bumi.
Pertanian dan rasa malas
