Di tengah gempuran transportasi online, eksistensi angkutan umum masih terlihat jelas di kawasan Medan. Setidaknya, inilah yang saya lihat saat liburan di Medan awal Desember lalu.
Perjalanan saya ke Medan memakan waktu 13 jam dengan menggunakan bus dari Aceh.Â
Memasuki kota Medan sepanjang perjalanan kami diguyur hujan, ditambah AC dalam bus lengkap lah musim dingin buatan.
Sesampai di Medan, saya dan keluarga langsung memesan transportasi online. Saya lebih memilih moda transportasi online karena dua hal, mudah dan murah.
Karena cuma bebarapa hari di Medan dan juga karena tidak menghafal jalan, saya tidak mau ambil pusing dan memilih yang pasti-pasti saja dengan berpergian memakai jasa transportasi online.
Dari pengamatan saya, angkotan kota atau yang lebih sering disebut angkot masih mudah ditemui. Bagi masyarakat umum yang memang mengandalkan transportasi publik, angkot merupakan pilihan tepat.
Selain harganya juga terjangkau, ada rute-rute tertentu yang dilayani sesuai nomor yang tertera di kaca mobil. Selain itu, warna mobil juga menentukan arah dan kawasan pengoperasian angkot.
Dari sebagian penumpang, ibu-ibu dan anak-anak adalah penumpang setia angkot. Mungkin saja jalur angkot mudah dijangkau emak-emak yang mau berbelanja dan membawa serta anak.
Kalau para remaja memang kebanyakan memakai motor pribadi yang semakin membuat jalan padat pada kenyataannya. Diperparah dengan banyaknya mobil pribadi di berbagai sudut jalan.
Beberapa kali supir ojek online yang melayani kami mengomentari kebijakan baru tentang aturan satu arah (one way) yang malah memperparah kemacetan di beberapa kawasan kota.
