Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Sayang Berlebihan Orangtua Berbuah Malapetaka ketika Anak Dewasa

22 September 2022   17:58 Diperbarui: 24 September 2022   11:05 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sayang ibu ke anak. www.freepik.com

Misalnya, ketika anak merengek dan menangis lalu orangtua membelikan anak apa yang dimintanya, secara tidak langsung anak tidak belajar cara mengontrol emosi dengan baik.

Konsep sebab akibat akan membentuk informasi yang tidak relevan di otak anak. Dengan cara ini anak akan menghafal pola dan menjadikannya sebagai senjata.

Begitu orangtua terus menerus menuruti permintaan anak, kebiasaan merengek menjadi sesuatu yang tidak baik. Menangis pada awalnya baik tapi menangis berlebihan pada bukan tempatnya menjadi kebiasaan buruk.

Hal kecil seperti ini perlahan menjadi awal pembentuk karakter anak saat remaja. Ada anak yang sedikit-sedikit kesal pada orangtua karena tidak dituruti kemauannya, ada yang dengan mudah menyakiti orangtua yang tidak mau membelikan apa yang anak mau.

Padahal, semua ini berawal dari pembiasaan masa kecil yang tidak bijak. Makanya, ada kalimat yang berbunyi, jika orangtua sanggup bersabar di tujuh tahun pertama mendidik anak, maka ia akan memetik hasil setelahnya.

Sebaliknya, jika orangtua sedikit-sedikit menuruti keinginan anak, maka ke depan mereka akan direpotkan anak terus menerus sampa dewasa. 

Sayang boleh saja namun jangan kapan saja dibolehkan. Ketika orangtua tidak membeli apa yang anak inginkan bukan berarti orangtua tidak sayang anak.

Di sini orangtua harus belajar mendidik nilai yang disisipkan kepada anak. Nilai-nilai penting haruslah didapat anak dari cara orangtua memperlakukan anak.

Jangan sampai anak tumbuh dewasa dalam kegelapan tanpa panduan. Ada anak laki-laki yang terus dimanjakan karena sayang, diperlakukan seperti raja sampa besar. Sampai piring makan saja tidak diajarkan untuk mencuci sendiri.

Apa yang terjadi kemudian? Anak laki-laki tumbuh dewasa hidup bak raja, sang ibu lalu menjadi babu setiap harinya mencuci piring hasil makan anak. Apakah hal seperti ini wajar atau kurang ajar?

Ada juga anak laki-laki yang tidak pernah melihat sang ayah membantu istrinya di dapur, lalu ketika dewasa ia menjadi suami dan melakukan hal yang sama. Nilai yang ia dapat saat kecil adalah akumulasi dari apa yang ia lihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun