Rekam Jejak Menulis di Kompasiana

Tulisan ini saya tujukan untuk diri sendiri, sebagai pengingat dan sekaligus sebagai rekam jejak perjalanan menulis di Kompasiana. Hari ini Rabu, 7 September, 2022, saya sudah menulis 422 artikel dengan, 99 artikel masuk katagori headline.

Dibandingkan teman-teman yang lebih rutin menulis, jumlah artikel yang saya tulis masih kalah jauh. Ada begitu banyak penulis senior di Kompasiana, dan tentunya dari mereka saya belajar banyak.

Adapun beberapa pelajaran yang setidaknya bisa saya pelajari disini antara lain:

Membangun Konsistensi Menulis

Satu kebiasaan yang belum mampu saya jaga secara konsisten adalah rutin menulis. Ya, saya akui ini sangat sulit, bukan karena ketiadaan waktu, namun lebih karena rasa malas yang lebih sering konsisten datang.

Saya salut dengan teman-teman kompasiana yang sudah mampu membangun sebuah kebiasaan menulis dengan konsisten. Sebenarnya ada begitu banyak manfaat menulis secara konsisten.

Menulis satu artikel dengan 500 kata setidaknya menghabiskan waktu satu jam. Kalau artikel yang berbobot, saya sendiri menghabiskan waktu minimal dua jam. Membaca, menganalisa, mengambil kesimpulan dan baru kemudian meramunya menjadi tulisan.

Kalau dihitung secara statistik, artikel yang saya tulis masih sangat minim jika merujuk ke tahun saya mulai menulis di Kompasiana. Banyak kompasiana yang baru bergabung satu atau dua tahun malah berhasil menulis 500 artikel lebih. 

Yah, lagi-lagi ini karena faktor konsistensi. Mereka yang lebih konsisten menulis akan maju lebih cepat. Tidak perduli kapan anda bergabung di Kompasiana, yang lebih penting sebarapa baik anda menjaga konsistensi menulis.

Saya sadari ini memang sulit jika tidak dibarengi dengan niat dan motivasi menulis yang kuat. Setidaknya, untuk menulis rutin harus didasari sebuah kemauan yang datang dari niat yang terukur.

Membangun Kebiasaan Membaca

Kegiatan membaca sangatlah penting untuk menciptakan sebuah artikel yang bermutu. Semakin sering kita membaca dengan jenis bacaan yang bervariasi maka semakin baik sudut pandang akan suatu masalah.

Nah, dengan berbagai ragam bacaan yang kita serap, kita akan jauh lebih terasa mudah untuk menulis. Bebicara kualitas, sebuah artikel yang dihasilkan dari aktifita membaca rasanya lebih berisi.

Membaca juga memberikan akses terhadap begitu banyak kosakata baru yang bisa dipakai saat menulis. Seringnya kita terkendala menulis karena ide yang kurang dan ragam kosakata yang terbatas.

Dengan melatih membaca rutin, kita bukan hanya mampu menambah wawasan namun juga kualitas kosakata. Dengan sendirinya, aktifitas menulis akan semakin mudah seiring bertambahnya jumlah kosakata dalam otak kita.

Jika manfaat konsistensi menulis sangat banyak, begitu juga dengan membaca. Baik menulis dan membaca sejatinya tidak bisa terpisahkan. Kedua saling menopang satu sama lain. 

Membaca juga tidak selamanya harus bersumber dari buku. Era digital saat ini menjadikan akses membaca lebih gampang. Ada begitu banyak sumber bacaan baik itu dari website, artikel penelitian, buku berbentuk pdf yang bisa diunduh secara gratis. 

Penting sekali membangun kebiasaan membaca setiap hari. Khususnya untuk seorang penulis, membaca adalah aktifitas yang wajib dilakukan.

Kualitas tulisan yang kita tulis bisa diukur dari seberapa banyak manfaat yang bisa diambil oleh pembaca. Dengan pengetahuan yang kita dapat dari membaca, bobot tulisan yang kita hasilkan akan jauh lebih baik.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Kompasiana karena disini saya bisa terus belajar. Ada begitu banyak penulis yang tulisan mereka menjadi sumber pengetahuan baru bagi saya.

Semoga kedepan kualitas tulisan saya bisa lebih baik dan kuantitas tulisan yang saya hasilkan bisa bertambah. 

Salam Kompasiana!

Masykur

7 September, 2022