Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bagaimana Mengenalkan Keuangan bagi Anak? Ini Tips yang Bisa Dilakukan

8 November 2021   17:55 Diperbarui: 9 November 2021   13:00 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak menabung.| Sumber: Shutterstock via Klasika Kompas.id

Sadar atau tidak hampir 90% kalangan middle class bekerja untuk uang. Artinya daya serap pekerja kategori buruh perusahaan, sektor pemerintahan yang diwakili oleh pegawai dan swasta mengarahkan pekerja untuk bekerja demi mendapatkan uang.

Sedangkan konsep money work for you masih berkisar di kalangan trader, pebisnis, dan investor. Tentunya jumlah mereka jauh lebih kecil, tapi perputaran uang jelas mengalir deras ke kantong mereka.

Apa yang salah dengan pelajaran keuangan dalam keluarga?

Dalam buku ini saya mendapati pelajaran berharga tentang konsep keuangan. Hampir mayoritas keluarga dalam katagori lower dan middle class family tidak memiliki fondasi keuangan yang kuat, bahkan sangat kurang.

Contohnya, dalam keluarga anak dibesarkan dengan konsep belajar untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Namun, pada saat anak sudah mendapat pekerjaan bagus, mereka malah terjebak dalam sistem kartu kredit yang mengharuskan banyak keluarga buka lubang tutup lubang.

Gaya hidup yang tidak selaras dengan pemasukan menjadi jebakan yang sulit dihindari. Akhirnya, walau mendapat pekerjaan yang bagus, banyak keluarga yang bekerja namun masih mengalami kesulitan ekonomi karena lemahnya ilmu keuangan.

Apa yang dijabarkan oleh Robert Kiyosaki memang benar dan real. Anak-anak dalam keluarga lower dan middle class condong aktif mencari uang tapi kurang memahami cara uang bekerja.

Ilmu dasar seperti pemasukan (income) dan pengeluaran (expense) saja tidak banyak yang paham. Lumrah saja ini membuat kantong banyak keluarga dalam dua katagori ini bolong lebih cepat. Belum lagi berbicara tentang balance sheet.

Coba sesekali lihatlah pola belanja dalam keluarga, seberapa persen keluarga membuat rincian pengeluaran dari uang belanja untuk makan, uang jajan, perbaikan kendaraan, belanja elektronik, dll.

Lalu, jika dikurangi antara income dan expense, manakah yang akan mengalami minus. Ini hal paling dasar yang menyebabkan goyangnya ekonomi keluarga karena uang dijadikan objek, bukan sebagai subjek.

Di masa pandemi selama dua tahun ini, kalangan lower dan middle class menjerit karena kehilangan pekerjaan. Saat uang menjadi objek maka manusia bekerja untuk mendapatkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun