Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mungkinkah Berpikir Positif Saat Sedang dalam Keadaan Negatif?

28 Juli 2021   10:08 Diperbarui: 28 Juli 2021   10:40 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : https://www.dreamstime.com

Kemampuan berpikir positif menghadirkan kebaikan bagi tubuh. Namun, apakah benar saat dalam keadaan sedih seseorang bisa atau mampu berpikir positif?

Setiap orang secara alamiah menghadapi rangkaian perjalanan dalam hidup. Ada sedih dan tentu ada senang, ada canda tawa dan tangisan. Semua itu hal wajar dan mesti terjadi karena memang hidup bukan perkara senang saja.

Adapun rasa senang dan sedih memicu munculnya dua hormon yang berbeda pada otak, dimana ini sangat berpengaruh terhadap reaksi anggota tubuh lainnya. Sebagai contoh, saat seseorang berhasil melakukan sesuatu maka akan muncul rasa senang sehingga mood akan baik, sebaliknya jika gagal maka akan muncul rasa sedih yang juga merubah mood.

Saya memiliki seorang teman yang dulunya saat kuliah berkenalan dengan seorang cewek dan membangun hubungan namun akhirnya berakhir tidak baik. Rasa cinta yang mendalam namun berakhir dalam kekecewaan membuatnya terpukul berat. Apa yang terjadi? kuliah tidak ia selesaikan dan hidup semakin kacau.

Ini merupakan satu contoh bagaimana tubuh bereaksi terhadap sebuah rasa. Dalam konteks rasa kecewa otak memberi perintah untuk merubah mood dan bisa berakhir pada depresi dan hal buruk lainnya. Maka sangat wajar kalau kita melihat orang dengan rasa kecewa umumnya tidak bergairah dalam melakukan aktifitas sehingga produktifitasnya menurun drastis.

Pertanyaannya adalah, apakah berada dalam rasa kecewa dengan mood yang negatif itu wajar? 

Jika menjawab dari segi wajar sebagai sebuah hukum alam atau sifat alamiah itu benar, namun mempertahankannya dalam waktu lama itu adalah tindakan yang tidak benar. Maka perlu dipahami adalah meratapi kesedihan dan kekecewaan adalah hal wajar jika dalam waktu singkat, dan menjadi tidak baik dalam waktu lama.

Let it go and forget it

Membiarkan rasa sedih atau kecewa untuk pergi begitu saja tidak mudah. Jadi, sangat wajar kita melihat orang yang berhasil bangkit dari sebuah rasa kecewa atau sedih memiliki sebuah prinsip hidup yang positif. Kembali ke cerita teman saya yang terpuruk paska ditinggal cewek, apa yang terjadi?

Untuk beberapa bulan rasa kecewa sangat berdampak buruk dalam pola hidupnya. Bahkan ia sempat mengurung diri dan menjaga jarak dengan orang. Lalu, apakah berakhir tragis?

Lama tak mendengar kabar dan akhirnya kembali terhubung melalui media sosial saya mendapatinya sudah sangat mapan. Hidupnya lebih baik dengan seorang istri dan anak. Yang membuat saya terheran ia bahkan merubah haluan hidup dengan kembali memulai kuliah dari awal pada jurusan berbeda dan berhasil menyelesaikan sampai tingkat strata 2.

Saya penasaran apa yang bisa membuatnya bangkit. Lalu, saya menyempatkan diri bertemu sambil kembali menyambung silaturrahim dan sharing pengalaman. Disana saya menemukan fakta bahwa rasa kecewa yang ia dapat dahulu perlahan ia lupakan dengan kesibukan dan aktifitas harian. 

Di samping itu, ia juga menambah wawasan ilmu agama dengan berguru kepada orang alim dan membangun pertemanan yang positif. Memang ada fase dimana dalam kehidupannya ia kehilangan pekerjaan dan mulai kembali dari awal. Yang saya salut darinya adalah tingkat kegigihannya yang selalu bisa dipertahankan.

Dulu saat kuliah ia mampu membayar SPP semester dari hasil bekerja sebagai montir di bengkel motor orang lain. Tidak ada rasa malu melakoni pekerjaan sebagai montir dan bahkan ia mampu menjaga keseimbangan bekerja dan belajar dengan baik. Sayangnya memang perkenalan dengan seorang gadis melalui media sosial merusak hidupnya secara drastis.

Dari kisah ini saya bisa mengambil beberapa kesimpulan yang bisa menjadi sebuah renungan bagi kita semua. Rasa sedih dan kecewa sebenarnya hanya reaksi tubuh yang dipicu dari faktor eksternal. Kemampuan seseorang mengontrol emosi itu sangat penting agar bisa mengarahkan energi ke hal positif.

Dalam kasus teman saya, ia mampu bertahan dan bangkit disebabkan kemampuan mengontrol dirinya yang baik. Adapun jatuh bangun itu hal biasa selama bisa ditanggapi dengan baik. Tubuh seseorang memiliki kemampuan menyesuaikan dengan faktor eksternal. Tapi perlu diingat, kebiasaan seseorang dan pengalaman hidup terlebih masa kecil sangat menentukan tingkat ketahanan seseorang dalam menanggapi apapun yang terjadi dalam hidup.

Intinya, mengalihkan pikiran untuk berpikir positif akan sangat membantu tubuh untuk merubah pesan negatif menjadi positif. Saat seseorang merasa sedih dan kecewa akan mustahil bisa tertawa. Sedih atau kecewa memang harus ditanggapi dengan baik agar tubuh bisa meluapkan secara benar. 

Cara menghadapi kesedihan dan kekecewaan memiliki peran penting bagaimana seseorang bisa merubah mood dari yang sebelumnya bermuka masam bisa dengan mudah bermuka manis. Masing-masing individu punya kadar waktu yang berbeda dalam menganggapi rasa kecewa dan sedih, yang terpenting jangan menjadi kesedihan sebagai kompas pengarah hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun