Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Hadirkan Emosi Positif dalam Mengejar Impian

12 Oktober 2019   12:26 Diperbarui: 13 Oktober 2019   23:37 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: idealistcareers.org

Love what you do and do what you love

Menjadi sukses adalah impian banyak orang. Sementara untuk meraih kesuksesan dibutuhkan kerja keras. Ada sebagian yang berhasil menaiki tangga kesuksesan, ada sebagian lainnya yang menyerah di tengah perjalanan. 

Umumnya orang mendefinisikan sukses dengan berbagai macam pekerjaan. Ada yang menganggap sukses jika sudah memiliki pekerjaan tetap, ada yang mengaitkan sukses jika sudah banyak uang, dan ada yang melekatkan nilai kesuksesan dengan material. 

Terlepas dari semua definisi di atas, setiap orang punya standar tersendiri yang mengacu pada pola pikir masing-masing. Saya hanya ingin membahas bagaimana kaitan emosi dalam karir. Saat kita menginginkan sesuatu ada sebuah emosi yang muncul dalam diri kita, bisa positif atau negatif. 

Emosi punya peran penting dalam hidup kita. Ia ibarat kompas yang berfungsi mengarahkan kita. Saat emosi yang muncul positif maka pikiran mengarahkan kita untuk menuju jalan yang benar dengan cara yang benar. 

Sebagai contoh, Jika seseorang berkeinginan menjadi seorang dokter diawali dengan emosi positif maka saat ia menjadi dokter ia akan melakukan pekerjaannya dengan baik. 

Intensitas emosi dipengaruhi oleh beberapa hal, termasuk pengalaman kita dalam hidup. Misalkan saat kecil kita sering mendapat kesan baik tentang dokter baik dari indra penglihatan atau pendengaran maka emosi positif bisa muncul sehingga impian menjadi dokter terbentuk. 

Sebaliknya, jika pengalaman kita saat kecil tentang aparat hukum yang tidak baik, maka emosi yang muncul adalah negatif. Kesan negatif ini akan terbawa sampai besar sehingga membentuk sebuah "belief" yang bisa mengarahkan ke jalan yang salah. 

Atau misalkan seseorang yang ingin menjadi polisi karena bertujuan untuk membalas dendam orang yang membunuh keluarganya, maka saat impiannya sebagai polisi tercapai ia akan bertindak anarkis. 

Hal seperti ini berlaku dalam impian apapun dalam hidup kita. Ini menjadi alasan kenapa kita sering melihat orang yang telah berhasil menaiki tangga kesuksesan namun seakan hidupnya hampa. 

Ada yang sudah mendapat kerja namun masih tidak puas, ada yang sudah kaya raya tapi tetap tidak cukup, bahkan ada yang sudah berada dipuncak karir malah merasa tidak nyaman. 

Kita sering melihat orang-orang yang berada di posisi penting pemerintahan namun tidak menjalankan tugasnya dengan benar. Bisa jadi mereka mengawali karir mereka dengan emosi negatif, sehingga mereka menempuh jalur yang salah karena kompas kehidupannya salah arah. 

Hakikat sebuah impian adalah realisasi dari emosi yang kita hadirkan dalam diri kita. Saat impian muncul dari emosi positif maka kita akan condong memiliki tujuan yang benar dalam hidup. Dikala berhasil mencapai impian kita juga akan merasakan kepuasan secara positif. 

Jangan pernah menganggap remeh emosi dalam diri kita. Ia bisa menjadi sumber kekuatan atau malah menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Kita memaknai emosi sejak bayi saat kita hanya bisa menangis. Seiring bertambahnya umur, intensitas emosi juga terus bertambah. 

Khususnya bagi orangtua, pembentukan emosi dalam diri anak diawali dari pola asuh. Anak yang hidup dalam keluarga dengan pola asuh positif akan mewarisi emosi positif, namun anak yang berada dalam keluarga dengan pola asuh negatif maka akan besar membawa emosi negatif pula. 

Jangan heran jika kita melihat banyak anak orang kaya yang mendapat pekerjaan top tapi hidupnya hampa. Sebaliknya, banyak anak orang-orang miskin dari kampung mendapat pekerjaan top namun tetap rendah diri. 

Emosi yang hadir dari kedekatan orangtua kepada anak memiliki kekuatan besar bagi anak. Emosi ini hadir karena "bonding". 

Kalau saja setiap orangtua paham bagaimana kekuatan emosi terhadap karir anak, mungkin mereka akan berusaha menghadirkan emosi positif saat mengasuh anak. 

Kecerdasan intelektual anak jika tidak dibarengi dengan kecerdasan emosional maka akan melahirkan generasi apatis yang bekerja tanpa melibatkan hati.

Penting bagi orangtua untuk menjaga emosi saat mengasuh anak. Sebagaimana saya jelaskan diawal, emosi ibarat kompas, ia akan mengarahkan kita untuk berpikir dan berjalan ke arah yang benar. Jika emosi kita dominan negatif, maka kompas akan eror dan arah hidup kita juga eror. 

Saat kita sebagai orangtua membesarkan anak dengan gaya asuh eror, apakah kita akan menghasilkan anak yang tidak eror?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun