Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Aceh dan Amerika, antara Perdagangan Lada dan Perang

4 Oktober 2019   13:41 Diperbarui: 4 Oktober 2019   16:48 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Jauh sebelum intervensi belanda ke Aceh, rute selat malaka menjadi jalur penting dalam perdagangan antar bangsa. Sejarah mencatat perjalanan perdana warga Amerika untuk perdagangan lada dari kota Salem ke Aceh terjadi pada tahun 1793 (baca disini). 

Berawal dari perjalanan kapten Carnes, banyak kapal lain yang datang dari Amerika untuk berburu lada. Perdagangan lada berhasil membuat profit besar saat itu untuk kedua belah pihak, bahkan kota Salem menjadi kota dengan julukan "kota terkaya" dari hasil perdagangan lada.

Tahun 1820 menjadi awal dimana pihak Inggris mulai "memantau" perdagangan laut melalui perwakilan di jalur selat malaka, termasuk malaya, Penang, dan Singapur. Jauh sebelum itu Kesultanan Aceh memiliki sistem perdagangan bebas dimana pihak mana saja bisa melakukan perdagangan ke Aceh. 

Joseph Peabody merupakan salah satu pemilik kapal terbesar saat itu, ia berasal dari kota Salem. Ada sekitar 83 kapal besar yang ia miliki selama dalam jangka waktu 83 tahun sejak 1757. Tahun 1831 ia mengirimkan kapalnya ke Aceh dibawah komando Kapten Charles Endicott dengan misi perdagangan lada.

Saat tiba di Aceh, Endicott melabuhkan kapalnya dan mulai melakukan penawaran lada kepada penduduk setempat di kawasan Kuala Batee.

Ketika ia dan beberapa awak kapal melakukan transaksi, ada beberapa perompak yang datang memakai perahu kecil membajak kapalnya dan membunuh tiga orang di dalam kapal. Kapal berhasil dibajak sementara empat lainnya berhasil lolos dengan berenang menyelamatkan diri ke area hutan.

Kapten Endicott, dengan bantuan salah satu pemimpim setempat berhasil menghubungi tiga kapal Amerika lainnya yang juga sedang membeli lada di area lain. Singkat cerita kapal berhasil diselamatkan dan mereka yang bertahan hidup kembali ke Amerika.

Ketika kapal tiba di kota salem, amerika. Kabar pembajakan kapal pun tersebar dan memicu kemarahan. Kebetulan saat itu presiden Amerika bernama Andrew Jackson. Ia merupakan tipikal pemimpin yang pantang menerima penghinaan.

Mengetahui berita tersebut, ia langsung mengutus sebuah kapal berisi angkatan laut lengkap dengan senjata termasuk meriam. 

John Downes sebagai kapten kapal American Frigate Potomac mendapat perintah langsung dari Andrew Jackson untuk memantau kondisi Aceh untuk memastikan pedagang dari Amerika bisa berlayar aman tanpa bahaya. kapal Potomac tiba di Kuala Batee awal Februari 1982, tepat setahun setelah kejadian pembajakan kapal Amerika.

Downes berusaha menutupi identitas sebagai warga Amerika dan menyamar sebagai kapal Belanda. Penduduk lokal datang menghampiri kapal dan informasi pertahanan wilayah sekitar berhasil diperoleh Downes. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun