Mohon tunggu...
Masyita Deta Rahadiani
Masyita Deta Rahadiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tips Terhindar dari Kabar Menyesatkan alias Hoax, menurut Jurnalis VOA di Gedung Putih asal Indonesia

30 Mei 2023   14:45 Diperbarui: 30 Mei 2023   18:30 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patsy Widakuswara menjadi pengisi webinar "Memperkuat Literasi Media di Era Digital: Pengalaman Amerika dan Indonesia" | Sumber: Aji Indonesia 

Patsy Widakuswara, seorang jurnalis VOA asal Indonesia yang meliput Gedung Putih dan Politik di Amerika Serikat. | Sumber: Youtube.com Aji Indonesia
Patsy Widakuswara, seorang jurnalis VOA asal Indonesia yang meliput Gedung Putih dan Politik di Amerika Serikat. | Sumber: Youtube.com Aji Indonesia

Di era digital, kita seringkali menemukan disrupsi informasi atau kabar menyesatkan yang lebih dikenal hoax. Kita seringkali menemukan disrupsi informasi tersebut di sekitar kita, termasuk forward whatsapp message yang belum pasti benar. Disrupsi informasi ini diiringi dengan kurangnya kemampuan memeriksa sumber yang akurat di dunia digital. Disrupsi informasi sangat berbahaya bagi publik. 

Nicki Minaj, salah satu rapper terkenal asal Amerika Serikat, pernah menulis tweet di akun media sosial twitter-nya. Ia mengatakan bahwa sepupunya tidak mau divaksin karena teman sepupunya kena impoten akibat vaksin. Tweet tersebut tentunya merupakan kabar yang menyesatkan serta memicu publik untuk tidak mau vaksin karena mereka memercayai tweet Nicki Minaj tersebut. Di Amerika Serikat, sekitar 70 juta warga menolak vaksin karena mudah percaya dengan hoax yang bersebaran mengenai vaksin. Lalu, ada sebuah penelitian yang menyatakan hanya 12 orang yang bertanggung jawab atas semua informasi menyesatkan mengenai covid-19, vaksin, dsb di Facebook, Instagram, dan Twitter.

Dilansir dari seminar hasil diskusi yang bertemakan “Memperkuat Literasi Media di Era Digital: Pengalaman Amerika dan Indonesia” diisi oleh beberapa pembicara yang sudah lama berkecimpung di dunia jurnalistik, Patsy Widakuswara, salah satu pembicara seminar tersebut yang merupakan seorang jurnalis VOA di Gedung Putih asal Indonesia, memberikan tips kepada kita agar bisa terhindar dari kabar menyesatkan atau hoax

Kenali informasi tersebut

Apabila suatu berita mengundang reaksi emosional yang kuat sehingga meng-trigger kita untuk meng-forward berita tersebut, kita harus mempertanyakan keakuratan berita tersebut. Jangan terburu-buru forward, tetap tenang dan crosscheck terlebih dahulu.   

Mencari tahu lebih dalam mengenai informasi tersebut

Kita bisa mencari tahu lebih dalam mengenai informasi tersebut dengan verifikasi. Kita bisa mencarinya terlebih dahulu di Google, lalu kita telaah lebih dalam, apakah ada media yang qualified memberitakan informasi tersebut? Berita tersebut kapan dirilisnya? Apakah berita tersebut merupakan satir? Apakah ini berita lama yang kemudian diolah lagi menjadi berita baru lalu ditambah informasi baru yang tidak akurat? Bagaimana dengan media lain yang memberitakan informasi tersebut? Kita telaah terus secara mendalam. 

Mencari tahu lebih dalam lagi mengenai informasi tersebut

Cari informasi tersebut lebih  dalam lagi. Adakah fakta fakta penting yang ditinggalkan atau terdistorsi? Dipertimbangkan lagi dampaknya apa jika kita terlanjur menyebarkan berita yang salah? Intinya, cek dulu dan jangan latah menyebarkan informasi. 

Memerika kebenaran berita melalui situs checking berita

Di Amerika, kita bisa memeriksa akurat sebuah berita melalui berbagai situs checking berita, yaitu snopes.com, factcheck.org, dan VOA Polygraph.

Ada beberapa situs checking berita. Di Amerika. terdapat snopes.com, factcheck.org, dan VOA Polygraph. Meskipun ada beberapa situs checking berita yang tidak dimiliki masyarakat karena biaya langganannya yang mahal, kita tetap bisa terhindar dari informasi menyesatkan dengan terus-menerus mengecek informasi, tidak hanya bergantung pada satu media, tetapi kita juga mencari kebenarannya di media lain. 

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun