Mohon tunggu...
Masyita Deta Rahadiani
Masyita Deta Rahadiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Syawalan, Momen Menjalin Tali Silaturahmi

30 Mei 2023   12:51 Diperbarui: 30 Mei 2023   12:56 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Idul Fitri menjadi momen yang dinantikan setiap orang. Bagi mereka yang menjalankannya, hari raya Idul Fitri menjadi kesempatan yang dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk bertemu dan berkumpul dengan orang-orang terkasihnya, terlebih momen ini terjadi hanya setiap setahun sekali. 

Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk memperingati hari raya Idul Fitri. Tidak sedikit pula tradisi-tradisi yang dilakukan untuk memperingati salah satu hari raya besar ini, salah satunya tradisi syawalan.

Syawalan atau yang lebih dikenal halal bi halal merupakan salah satu tradisi Idul Fitri yang telah dilakukan masyarakat Yogyakarta secara turun-temurun. Disebut syawalan karena kegiatan ini dilakukan saat bulan Syawal, tepatnya setelah bulan Ramadan. Tradisi syawalan berlangsung kurang lebih selama satu pekan lebaran.

Tidak afdol rasanya Idul Fitri tanpa maaf-maafan

Setelah menjalankan salat Idul Fitri, para jamaah berbondong-bondong berkumpul dengan keluarga besar mereka. Tidak afdol rasanya Idul Fitri  tanpa adanya kegiatan bermaaf-maafan. Dalam tradisi syawalan ini, kegiatan bermaaf-maafan ini dilakukan dengan sungkeman, meminta maaf kepada orang yang lebih tua dengan mencium lututnya. Secara filosofis, sungkeman sebagai bentuk menjunjung tinggi rasa hormat kepada orang yang lebih tua.

Setelah kegiatan bermaaf-maafan, agenda kegiatan dilanjutkan dengan makan bersama dengan makanan khas lebaran yang telah disajikan, seperti ketupat dan opor. Tidak lupa pemberian THR yang selalu ditunggu-tunggu ketika lebaran ini.

Kegiatan syawalan tidak hanya dilakukan di keluarga besar. Setelah memasuki hari kedua lebaran hingga hari ketujuh lebaran, kegiatan syawalan masih berlanjut hingga dilakukan di kumpulan kerabat (trah).

Berbeda dilakukan di keluarga besar, kegiatan syawalan yang dilakukan di kumpulan kerabat (trah) ini diawali dengan sambutan dari pemimpin anggota keluarga yang menyelenggarakan acara syawalan itu sendiri. Setelah sambutan, dilaksanakan kegiatan membaca Al-Qur'an yang dilakukan oleh perwakilan keluarga penyelenggara acara syawalan. 

Dilanjutkan dengan membaca doa bersama, diharapkan kegiatan syawalan ini dapat mempererat tali silaturahmi antarkeluarga. Tidak lupa kegiatan makan bersama dengan makanan yang disajikan secara prasmanan setelah doa bersama. Agenda syawalan diakhiri dengan kegiatan bermaaf-maafan. Para anggota keluarga mengantri membentuk barisan, bermaaf-maafan satu sama lain.

Bagi Onna (24 tahun), pegawai swasta asal Bogor, kegiatan syawalan menjadi ajang menjalin tali silaturahmi untuk bertemu dengan keluarganya, 

"Apalagi aku cuman bisa pulang ke rumah setahun sekali, jadi kegiatan syawalan ini sebagai momen buat bertemu dengan keluarga." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun