Mohon tunggu...
Masyita Crystallin
Masyita Crystallin Mohon Tunggu... Lainnya - Ekonom Senior dan Pakar Ekonomi Hijau

Masyita Crystallin adalah Partner at Systemiq and Head of Asia Pacific Sustainable Finance and Policy. Ia juga menjabat sebagai Co-chair Deputy of Coalition of Finance Minister for Climate Action. Berbekal pengalaman sebagai Staf Khusus Menteri Keuangan RI, Kepala Ekonom di Bank DBS Indonesia dan ekonom Bank Dunia, Masyita telah memainkan peran strategis dalam perumusan kebijakan fiskal dan makroekonomi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Selain itu, ia juga berperan sebagai Dewan Komisaris Indonesia Financial Group (IFG) yang merupakan holding asuransi, penjaminan dan pasar modal. Masyita menyandang gelar PhD dari Claremont Graduate University. Ia ingin memberikan sumbangsih pada kebijakan ekonomi Indonesia termasuk ekonomi dan aksi iklim global.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Menyongsong Pertumbuhan Ekonomi 8% di Indonesia, Mungkinkah?

31 Oktober 2024   20:02 Diperbarui: 2 November 2024   12:03 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. | SHUTTERSTOCK/THAPANA_STUDIO via Kompas.com

Indonesia berada di persimpangan ekonomi yang menarik. Target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% dalam dua hingga tiga tahun ke depan, yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto, telah menghidupkan optimisme baru. Optimisme ini juga didukung oleh Drajad Wibowo, anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, yang menyatakan bahwa target tersebut bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dicapai.

Optimisme ini bukan tanpa dasar, karena Indonesia pernah mencatat pertumbuhan ekonomi lebih dari 8 persen pada beberapa kesempatan, seperti tahun 1968 (10,92 persen), 1973 (8,10 persen), 1977 (8,76 persen), 1980 (9,88 persen), dan 1995 (8,22 persen). Namun, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 1961-2023 hanya mencapai 5,11 persen per tahun.

Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai target pertumbuhan ini dan keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap), Namun, pertumbuhan sebesar ini membutuhkan prasyarat penting, mulai dari stabilitas kebijakan hingga inovasi sektor hijau yang lebih mendalam.

Menjaga Stabilitas Kebijakan di Tengah Tantangan Global

Resiliensi ekonomi Indonesia selama pandemi telah menunjukkan kekuatan pondasi makroekonomi negara ini. Di bawah kepemimpinan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, stabilitas fiskal dan moneter berhasil dijaga, prestasi yang sangat berarti mengingat tekanan ekonomi global.

Starline/freepik
Starline/freepik
Namun, stabilitas saja tidak cukup. Untuk mencapai target 8 persen, stabilitas ini harus diiringi dengan kebijakan yang lebih progresif di sektor-sektor industri dan aksi nyata terhadap perubahan iklim. 

Kita sedang bergerak menuju ekonomi berkelanjutan, dan dunia semakin jauh meninggalkan energi fosil. Indonesia harus bersiap untuk memimpin transisi ke energi bersih, yang tidak hanya menjadi tuntutan global, tetapi juga bisa menjadi mesin pertumbuhan baru bagi kita.

Mencari Mesin Pertumbuhan Ekonomi Baru
Bergantung pada sektor manufaktur seperti masa lalu bukan lagi strategi yang optimal. Teknologi telah mengubah dinamika sektor ini, dan pekerjaan yang sebelumnya bisa diandalkan untuk menstabilkan ekonomi kini tidak lagi menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Artinya, Indonesia membutuhkan mesin pertumbuhan baru.

Beberapa sektor yang menjanjikan antara lain energi terbarukan (EBT), pertanian berkelanjutan, kecerdasan buatan (AI), serta teknologi ramah lingkungan. 

Teknologi seperti AI dan big data membawa potensi untuk mendorong produktivitas dan efisiensi secara signifikan, sekaligus menciptakan lapangan kerja baru yang ramah lingkungan. 

Menurut laporan McKinsey, Hadirnya teknologi yang mampu melakukan otomasi pada 16% total jam kerja, memberi dampak pekerjaan-pekerjaan yang tergantikan mesin akan hilang. Namun pekerjaan yang hilang tersebut akan digantikan oleh pekerjaan baru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun