Mohon tunggu...
Maswati Amatillah
Maswati Amatillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Darussalam Gontor

hobby membaca dan menonton video-video inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Di Balik Kisah Perjanjian Hudaibiyah

21 September 2022   19:40 Diperbarui: 21 September 2022   19:43 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perjanjian hudaibiyah merupakan perjanjian yang dilakukan di Hudaibiyah, sebuah desa kecil di bagian Utara Mekkah pada Februari 628 M. Setelah Rasulullah tinggal di Madinah selama 6 tahun beliau beserta pengikutnya pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah umrah. Namun hal yang tidak terduga terjadi ketika suku-suku yang berada di Makkah menolaknya untuk memasuki Makkah. Hal ini sangatlah melanggar kesepakatan yang sudah berlaku sejak Nabi Ibrahim, Rasulullah dan para pengikutnya mendapatkan perlakukan diskriminatif oleh orang-orang Makkah.

Pada saat itu Rasulullah mendapat kabar dari orang bani Khuzaah yang bernama Budail mengenai rencana orang-orang Makkah yang akan menghadangnya dan pengikutnya sehingga melalui Budail menyampaikan pesan kepada orang-orang Quraisy bahwa kedatanganya adalah untuk ziarah dan umrah bukan untuk melakukan perang. 

Namun orang quraisy tidak mau mendengar pesan damai yang ditawarkan Rasulullah hingga seorang petua pimpinan Quraisy yaitu urwah berhasil mendinginkan kepala orang-orang quraisy dan memandatkanya untuk melakukan negosiasi dengan Rasulullah.

Terjadillah musyawarah antara Urwah dan Rasulullah namun tidak mendapatkan kesepakatan dan membutuhkan proses yang masih panjang. Setelah melalui proses yang sangat panjang datanglah utusan dari kalangan quraisy untuk mengajukan kesepakatan. Terjadillah pembuatan draft kesepakatan diantara keduanya namun Rasulullah mendapatkan banyak kendala.

Masalah pertama yang terjadi adalah penolakkan kata "Bismillahirrahmanirrahiem" dalam pembukaan oleh utusan orang quraisy dan meminta menggantinya dengan "Bismikallahumma" Rasulullah menyetujui hal tersebut karena makna keduanya sama, perbedaanya hanyalah yang pertama merupakan tradisi baru yang diajarkan islam sedangkan yang kedua merupakan redaksi yang biasa dilakukan oleh kalangan quraisy.

Kaum muslimin mengajukan agar perjanjian itu diawali dengan Muhammad Rasulullah. Namun hal ini ditolak oleh utusan quraisy karena ia berpendapat bahwa hal tersebut mengandung arti bahwa secara legal dan formal telah mengakui kerasullan Muhammad. 

Mereka bersikeras mengganti 'Muhammad Rasulullah' dengan 'Muhammad bin Abdullah'. Perundingan pada saat itu tampak menggantung dan pada akhirnya Rasulullah memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk menulis di kertas perjanjian Muhammad bin Abdullah namun Ali mersa keberatan sehingga Rasulullah sendiri yang menggantinya.

Setelah permasalahan diselessaikan maka perjanjian Hudaibiyah bisa berlanjut kembali. Pada saat inilah kita bisa melihat bagaimana kecerdasan Rasulullah dalam hal diplomasi. 

Rasulullah bukan hanya saja bisa menyelesaikan perjanjian dengan baik namun beliau juga melihat dengan adanya perjanian ini akan mempermudah kemenangan Islam atas orang-orang quraisy di masa depan nanti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun