Mohon tunggu...
Mohamad Masthur Puadil Kamil
Mohamad Masthur Puadil Kamil Mohon Tunggu... -

Staf pengajar MA YPPA Cipulus, Mahasiswa Tafsir Hadits UIN SGD Bandung, tinggal di Bandung; kerap bolak-balik ke Purwakarta. \r\nMenulis adalah budaya para ulama dari sejak dahulu samapai sekarang. Karena dengan tulisan bisa merubah dunia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mendapat Ampunan Zubair

27 Maret 2012   10:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:24 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Muhammad bin Sahal al-Azadi menceritakan bahwa seorang lelaki tua berkata, “Suatu hari, aku berkumpul bersama orang-orang, berbicara tentang persoalan (perselisihan dan peperangan yang terjadi) antara Ali, Thalhah, dan Zubair r.a. Sepertinya, pada waktu itu aku mencela Zubair. Pada malam harinya, aku bermimpi bahwa aku ada di sebuah padang pasir yang sangat luas. Di sana banyak sekali orang telanjang. Mereka berkepala anjing, tapi tubuh mereka adalah tubuh manusia. Tangan dan kaki mereka dipotong dengan silang. Ada juga orang yang kedua kaki dan tangannya dipotong. Aku tidak pernah melihat pemandangan yang lebih menakutkan daripada pemandangan pada saat itu.

Aku merasa sangat takut dan ngeri dengan pemandangan tersebut. Aku membatin, “Kenapa mereka bisa seperti ini, tangan dan kaki mereka dipotong?” Tiba-tiba ada suara menjawab, “Ini adalah ganjaran mereka yang mencaci maki Ali bin Abi Thalib r.a.”

Saat aku berada pada suasana seperti itu, tiba-tiba ada sebuah pintu terbuka. Aku pun masuk ke sebuah ruangan yang luas. Asa seorang laki-laki yang duduk dikelilingi oleh jamaahnya. Aku diberi tahu bahwa seorang laki-laki itu adalah Nabi saw., Aku mendekat dan menyalaminya. Beliau menggenggam tanganku dengan sangat erat, lalu beliau berkata, “Akan kamu ulangi?”

Aku teringat apa yang aku katakan tentang Zubair. Aku berkata kepada Nabi, “Tidak. Demi Allah, tidak, wahai Rasulullah saw., Saya tidak akan melakukannya lagi.”

Beliau lalu menoleh kepadaseseorang di belakangnya, kemudian beliau berkata, “Zubair, ia mengatakan bahwa ia tidak akan mengulanginya lagi, Maafkanlah ia !”

Zubair berkata, “Aku telah memaafkannya, wahai Rasulullah saw.,”

Aku menjabat tangan beliau dan menciuminya. Aku menangis. Aku meletakkan tangan beliau di dadaku.

Ketika aku terbangun, aku masih merasakan rasa sejuk di punggungku.”

Sumber :

Jumpai Aku Ya Rasulullah Kiat dan keberkahan bertemu Nabi saw. dalam mimpi ; alih bahasa, Ahmad Shiddiq Thabrani, LC. - Cet. 1, - Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2008. 314 hal.

Judul Asli : Ra'aitun Nabiyya saw., 100 qishshah haqiqiyyah li-man ra'au an-Nabiyya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun